Jika tak ada seni, kita akan akan kekurangan rangsangan untuk menumbuhkan dan mengembangkan imajinasi dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Disiplin ilmu atau bidang pekerjaan tertentu mungkin saja menyatakan bahwa bidangnya tidak ada hubungannya dengan seni. Tapi, tidak mungkin ia bergerak tanpa imajinasi. Seni merupakan media yang menggugah imajinasi untuk sampai pada perenungan, membuka jalan bagi cara pandang baru, dan merangsang upaya untuk memperoleh pengetahuan. Ada cukup banyak karya seni yang muncul karena pengalaman emosional yang kuat yang dialami seniman itu sendiri, ada juga yang muncul karena suasana atau peristiwa tertentu menggugah perenungan seniman dan membawa dia sampai pada tahap empati terhadap orang lain atau masalah tertentu.
Seni merupakan media yang menggugah imajinasi untuk sampai pada perenungan, membuka jalan bagi cara pandang baru, dan merangsang upaya untuk memperoleh pengetahuan
Karya-karya seni yang baik, yang juga merekam dan menampilkan pengalaman-pengalaman traumatis (baik personal atau pun terkait masalah sosial-politik tertentu), akan membuka peluang bagi kita untuk merenungkan dan memikirkan persoalan itu dari cara pandang yang berbeda. Ini mungkin yang sering disebut orang sebagai aspek “terapeutik” seni. Saya pikir saat kita membuka diri pada pengetahuan yang makin kaya dan luas tentang “dunia” yang dibuka oleh karya seni, sesungguhnya yang terjadi pada saat yang sama adalah bahwa kita juga makin tahu akan diri kita sendiri.
Saya pikir saat kita membuka diri pada pengetahuan yang makin kaya dan luas tentang “dunia” yang dibuka oleh karya seni, sesungguhnya yang terjadi pada saat yang sama adalah bahwa kita juga makin tahu akan diri kita sendiri.
Tentu saja seni punya makna yang berbeda-beda bagi tiap orang. Bagi saya sendiri, seni punya makna luas. Ia bisa menjadi hiburan sekaligus menjadi pintu masuk untuk mendapatkan pengetahuan baru mengenai berbagai hal. Satu komposisi lagu atau musik kadang terdengar sekadar menghibur. Meski sebenarnya ada juga yang menggugah emosi dengan cara yang lebih kuat. Novel berlatar belakang sejarah sekalipun itu fiksi, bisa saja mendorong saya untuk memikirkan peristiwa sejarah dari perspektif yang berbeda dari yang sebelumnya saya yakini.
Sebagai media yang punya kekuatan evokatif, memancing emosi atau perasaan tertentu, dan juga seringkali sebagai media yang inspiratif, mampu memantik imajinasi, karya seni yang baik selalu dapat membuka pengetahuan dan wawasan baru. Ini dapat berkenaan dengan berbagai hal: dari aspek rupa dan bentuk dalam suatu karya, sampai muatan isinya yang bisa personal, terkait sejarah, terhubung dengan masalah sosial-politik, dan lain-lain. Kegiatan kurasi, merancang dan melaksanakan pameran, adalah pilihan dan cara untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman itu dengan orang lain seperti pada pengunjung pameran.
Dalam proses kurasi, kita selalu bisa memeriksa unsur-unsur yang jelas hadir dan tampil dengan cara tertentu dalam karya seni. Lantas, ada juga intensi, pemikiran, konsep dari seniman. Selanjutnya, ada juga kaitan karya tersebut dengan aspek sejarah tertentu, baik itu sejarah perkembangan dan pemikiran seni rupa sendiri, atau juga keterkaitan tema atau masalah yang hadir dalam karya tersebut dengan masalah kebudayaan, sosial, atau politik tertentu. Seorang kurator mendisiplinkan diri untuk melihat, memeriksa, dan menilai karya, dari berbagai segi, serta bukan semata-mata mengajukan seleranya.
Seni memang bisa jadi sangat subjektif jika kita selalu bersandar pada selera pribadi. Tapi, selalu ada-ada hal yang spesifik dan jelas hadir dalam karya seni itu, yang disampaikan dengan cara tertentu oleh seniman dan akhirnya menggugah kita. Artinya, ada yang obyektif hadir di depan kita dan memancing respon yang khas juga pada penikmat yang melihat. Kalau kemudian hanya disederhanakan jadi soal “suka” atau “tidak suka”, jadinya melulu subyektif.
Pada akhirnya, penilaian atas karya seni, selain tentunya terkait hal-hal yang memang hadir dan ada dalam karya seni itu sendiri, juga terkait dengan berbagai konteks dan perspektif penilaiannya. Jika dari berbagai segi karya itu khas, tentu jadi hebat. Sajak-sajak Chairil Anwar, sampai hari ini masih juga hebat. Ia memanfaatkan bahasa Indonesia dengan ekspresif, membongkar wujud puisi Indonesia yang selama ini terjebak pada bentuk pantun, menghadirkan tema yang personal sampai tema politik, dengan artikulasi yang sama kuat. Borobudur, Taj Mahal, simponi Beethoven, atau gending karya Nartosabdo, masing-masing punya kehebatan, tentunya setelah diperiksa dan disigi dari berbagai segi oleh mereka yang ahli di bidang terkait.