Society Science & Tech

Rethinking Digital: Realita Dunia Maya

Hidup tanpa internet di era yang serba modern ini rasanya sulit dilakukan. Mulai dari bangun tidur hingga kembali ke tempat tidur, kita pasti bersentuhan dengan dunia maya. Kehadirannya di tengah-tengah kehidupan memang amat bermanfaat. Selain dapat mendekatkan yang jauh lewat layanan komunikasi, internet juga dapat mempercepat langkah kita memenuhi kebutuhan. Dari transportasi, berbelanja kebutuhan sehari-hari, hingga memenuhi asupan gizi.

Selain dapat mendekatkan yang jauh lewat layanan komunikasi, internet juga dapat mempercepat langkah kita memenuhi kebutuhan.

Sayangnya, di balik segala manfaat kemudahannya, dunia maya bisa menjebak manusia ke dalam bahaya. Terutama jika kita menyelaminya tanpa edukasi dan kesadaran yang menyeluruh. Faktanya, menggunakan internet bukanlah tanpa risiko. Apapun yang pernah kita unggah di internet, akan selalu ada di sana. Selamanya. Jejak digital selalu mengikuti kita selama dunia maya masih tetap ada. Sekalipun suatu saat kita sudah tidak lagi menggunakannya.

Apapun yang pernah kita unggah di internet, akan selalu ada di sana. Selamanya. 

Belum lagi beragam masalah cyber crime akibat kita mengunggah informasi personal di dunia maya. Mulai dari pencurian uang, cyber bullying, hingga penyalahgunaan informasi untuk merusak reputasi. Ada pula masalah ruang gema atau echo chamber yang sering dimanfaatkan untuk urusan politik. Informasi yang tersebar di mesin pencarian dan media sosial bisa mengurung kita pada ruang gema yang akhirnya mengarahkan opini pada tindakan yang dapat merugikan diri sendiri.

Lalu, bagaimana? Apakah harus berhenti menggunakan internet? Berhenti pakai smartphone atau laptop?

Meningkatkan kesadaran bahwa internet bisa jadi ruang yang merugikan bisa jadi langkah pertama, sehingga kita bisa selalu waspada dan melakukan pencegahan. Contohnya untuk membatasi informasi personal yang bisa membahayakan kita bisa mencari nama kita di mesin pencarian, lalu menganalisa informasi apa saja yang ada di Google, Yahoo, atau mesin pencarian lainnya. Sebisa mungkin hilangkan informasi yang amat personal seperti alamat rumah atau nomor handphone. 

Menaruh informasi pribadi secara sengaja atau tidak di internet bisa menuntun para kriminal meretas informasi kita yang berhubungan dengan keuangan. Selain juga dapat memberikan akses untuk para hacker menggunakan konten yang kita miliki di smartphone atau laptop. Bisa saja foto kita yang sebenarnya biasa-biasa saja, diedit dan digunakan untuk hal-hal menyangkut pornografi.

Sedangkan untuk media sosial, aktifkan segala keamanan yang bisa jaga privasi informasi. Begitu juga aplikasi komunikasi seperti WhatsApp, Line, atau Telegram. Sastikan mode 2-step verification telah aktif untuk cegah para hacker masuk ke dalam aplikasi dan menyalahgunakan kontak yang dimiliki. Ingatlah bahwa pencegahan yang kita lakukan bukan tidak membebaskan. Justru sebaliknya, dengan tetap waspada dan siaga, kita bisa membebaskan diri dari belenggu bahaya dunia maya.

Dengan tetap waspada dan siaga, kita bisa membebaskan diri dari belenggu bahaya dunia maya.

Related Articles

Card image
Society
Kembali Merangkul Hidup dengan Filsafat Mandala Cakravartin

Mengusahakan kehidupan yang komplit, penuh, utuh, barangkali adalah tujuan semua manusia. Siapa yang tidak mau hidupnya berkelimpahan, sehat, tenang dan bahagia? Namun ternyata dalam hidup ada juga luka, tragedi dan malapetaka. Semakin ditolak, semakin diri ini tercerai berai.

By Hendrick Tanuwidjaja
10 June 2023
Card image
Society
Melatih Keraguan yang Sehat dalam Menerima Informasi

Satu hal yang rasanya menjadi cukup penting dalam menyambut tahun politik di 2024 mendatang adalah akses informasi terkait isu-isu politik yang relevan dan kredibel. Generasi muda, khususnya para pemilih pemula sepertinya cukup kebingungan untuk mencari informasi yang dapat dipercaya dan tepat sasaran.

By Abigail Limuria
15 April 2023
Card image
Society
Optimisme dan Keresahan Generasi Muda Indonesia

Bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda pada 2022 lalu, British Council Indonesia meluncurkan hasil riset NEXT Generation. Studi yang dilakukan di 19 negara termasuk Indonesia ini bertujuan untuk melihat aspirasi serta kegelisahan yang dimiliki anak muda di negara masing-masing.

By Ari Sutanti
25 March 2023