Pertama kali menginjakkan kaki di tanah Kalimantan, saya masih seorang mahasiswa berumur 19 tahun. Ketika itu, saya mengunjungi sebuah desa yang menyambut kedatangan pengunjung dengan prosesi kecil yang meriah. Warga desa memainkan drum, memakai pakaian adat, dan menyambut kami dengan tarian adat. Saya terkesima melihat keindahan budaya dan keramahan masyarakat desa tersebut, dan serentak jatuh cinta. Pengalaman tersebut sangat berbeda dengan apa yang biasa saya temukan di negara saya di Belanda. Keterbukaan dan keingintahuan orang-orang yang saya temukan membuat saya merasa begitu diterima, sekaligus jatuh cinta pada kebudayaan Dayak. Kemurnian hidup dan kearifan lokal mereka menarik saya untuk terus kembali ke sana dari waktu ke waktu. Seolah saya menemukan sebuah rumah dan keluarga baru.
Sejak saat itu saya menghabiskan banyak waktu di Kalimantan. Dimulai dari pelajar yang haus akan ilmu, lalu sebagai seorang konsultan lingkungan, lambat laun saya jadi semakin mengenal berbagai permasalahan yang terjadi di Kalimantan. Baik itu untuk lingkungan hidup dan alam sekitar, juga permasalahan sosial yang terjadi. Bagi masyarakat adat Dayak, banyak hal yang menjadi kendala bagi mereka mendapatkan kesempatan hidup yang lebih baik. Kurangnya pendidikan dan kesempatan untuk pekerjaan yang layak membuat mereka kesulitan untuk mencapai kesejahteraan. Banyak perusahaan besar yang membayar mereka sangat murah untuk usaha yang terbilang cukup membanting tulang. Contohnya dalam menambang emas.
Jika mereka ingin menjual barang tambang yang mereka temukan sendiri, mereka tidak memiliki akses keluar untuk mencari pembeli. Mereka juga tidak pernah tahu emas yang mereka tambang berakhir di mana. Hal tersebut begitu ironis ketika terlihat betul celah antara bayaran kecil yang mereka terima untuk emas, dengan harga nyata perhiasaan yang dibeli oleh orang-orang kaya dengan harta berlimpah. Sangat disayangkan juga bahwa para pembeli perhiasan tidak pernah mengetahui perjalanan aksesori favorit mereka. Padahal begitu banyak cerita yang ditorehkan ke dalam setiap cincin atau kalung yang menghiasi tubuh.
Sangat disayangkan juga bahwa para pembeli perhiasan tidak pernah mengetahui perjalanan aksesori favorit mereka. Padahal begitu banyak cerita yang ditorehkan ke dalam setiap cincin atau kalung yang menghiasi tubuh.
Bagi para masyarakat adat, tidak jarang mereka terpaksa menjual tanah mereka kepada perusahaan-perusahaan besar demi menyambung hidup. Belum lagi dengan permasalahan industri tambang yang mempengaruhi kesehatan mereka karena penggunaan mercury (air raksa —red). Penggunaan mercury yang berlebihan ini dapat berbahaya untuk kehidupan manusia dan lingkungan sekitarnya. Cairan air raksa yang digunakan untuk memurnikan emas mengalir ke sumber air, serta ke tanaman-tanaman yang nantinya berbuah dan menjadi sumber makanan.
Mengetahui berbagai polemik yang hadir di sana, tentu saja saya amat prihatin. Orang-orang yang sudah saya anggap seperti keluarga terhimpit kesusahan. Saya pun mencoba mencari solusi yang relevan dengan memperbaiki sistem supply chain (rantai pasok —red) emas di sana. Saya mengajak para penambang emas lokal terlibat dalam rantai pasok Gardens of the Sun, perusahaan perhiasan yang saya dirikan. Saya memberlakukan prinsip ethical jewelry and responsible sourcing dalam bisnis ini serta menjunjung tinggi transparansi dan ketelurusan. Dengan demikian, para penambang tahu siapa pembeli mereka, begitu juga sebaliknya. Menurut saya, dengan membuat rantai pasok lokal, perlahan mereka akan terlepas dari jerat rentenir yang mempersulit kehidupan mereka. Sehingga mereka bisa hidup lebih mandiri dengan pemasukan yang lebih layak. Selain itu, mereka juga akan bisa lebih bangga dan percaya diri dengan potensi yang dimiliki sebab mengetahui bahwa mereka menjadi bagian dari masyarakat luas.
Tidak lain dengan permasalahan mercury. Saya berusaha menghilangkan pemakaian mercury atau raksa dalam pengolahan (amalgamasi) emas dan meminta para penambang untuk berhenti menggunakannya. Saya bermitra dengan YTS (Yayasan Tambuhak Sinta), sebuah LSM lokal yang dapat memberikan solusi pengganti mercury dan membantu membina kelompok kerja penambang emas wanita Dayak yang akhirnya menjadi pemasok emas kami. Dalam usaha tersebut, kelompok kerja yang dibina turut memiliki berkontribusi dalam mempertahankan keberlangsungan ekosistem lingkungan hidup mereka.
Dalam perjalanan saya mengenalkan ethical jewelry ke publik, tidak hanya para penambang di Kalimantan saja yang bergabung dalam rantai pasokan Gardens of The Sun. Partner saya yang berada di Jogja juga memiliki niat yang sama, dengan memastikan bisnis yang ia kelola dapat membantu mereka yang kesulitan. Kami mengajak serta para pengrajin perak di Jogja untuk bergabung dalam rantai pasokan. Kami memfasilitasi mereka untuk memiliki peralatan yang dibutuhkan serta memperbaiki bengkel tempat mereka membuat kerajinan perak. Tidak berhenti di sana, kami juga membuka kesempatan bagi mereka yang difabel untuk bekerja.
Ketika kita mendasarkan bisnis untuk membuat sebuah perubahan dan membuat keadaan menjadi lebih baik, kita akan membangun keberlangsungan.
Jadi, sebenarnya ini bukan tentang perhiasaan saja, it’s a journey beyond jewelry. Kita bisa melakukan kebaikan dan mengubah praktik bisnis yang buruk menjadi lebih baik dengan menerapkan prinsip ethical business dengan tanggung jawab sosial yang nyata. Ketika kita mendasarkan bisnis untuk membuat sebuah perubahan dan membuat keadaan menjadi lebih baik, kita akan membangun keberlangsungan. Entah itu di lingkungan maupun di masyarakat. Sehingga pesan sustainability tidak hanya berhenti sebagai strategi marketing saja. Melalui perhiasaan, saya berupaya untuk mempertemukan pembeli dan produsen, mengenalkan satu dengan yang lain dan menciptakan peluang agar kedua pihak dapat menghargai satu dengan yang lain. Para pemasok dapat merasa dihargai sekaligus mendapat keuntungan yang layak, sedangkan para pembeli bisa menaruh perhatian dan mendapatkan informasi tentang dari mana perhiasaan mereka berasal. Dari hubungan ini, saya berharap akan tercipta sebuah warisan budaya serta sebuah harmoni antar manusia.
Kita bisa melakukan kebaikan dan mengubah praktik bisnis yang buruk menjadi lebih baik dengan menerapkan prinsip ethical business dengan tanggung jawab sosial yang nyata.