Society Art & Culture

Menyimpan Identitas Dalam Lembaran Kain

Fotografi Oleh: Arief Santoso (Unsplash)

Sebuah budaya tidak berada di ruang hampa. Budaya pun tidak mempunyai batas negara, sehingga tidak dapat dikungkung oleh batas pemerintahan. Dengan sendirinya ia akan merembes dan bersinggungan dengan masyarakat sekitar, hingga masyarakat di belahan dunia lain. Oleh karenanya, bukan hal mudah mengatakan sebuah budaya murni berasal dari satu tempat, Namun, akan lebih sulit lagi bila lantas budaya yang berpadu itu kehilangan identitas aslinya. 

Untuk dapat mengetahui mana identitas budaya yang asli dan tidak, satu-satunya cara adalah dengan banyak membaca serta mencari tahu. Saya pun demikian. Bila kita memiliki minat yang besar pada suatu hal, kita pasti dengan sendirinya akan berusaha mencari tahu atau mempelajari hal tersebut dengan senang hati. Saya pun demikian. Ketertarikan saya pada kain tradisional, khususnya batik dan tenun ikat, ditularkan dari istri saya yang kerap bepergian ke sejumlah pengrajin serta sentra batik, dan menceritakan kain-kain batik yang ditemuinya hampir di setiap malam. Mengingat latar belakang saya di bidang teknik, maka proses yang ada di balik terciptanya sebuah  kain batik lah yang lantas menarik minat saya. Entah itu proses pembuatan, makna dibalik suatu motif, hingga kerajinan apa yang dapat dikembangkan darinya. Karena seringnya bersosialisasi dengan pengrajin batik dan mereka yang terlibat di bidang wastra, saya kemudian jatuh hati pada tenun ikat, dan mulai mempelajarinya seperti saya mendalami batik.

Saya dan istri kerap melakukan kontak dengan kawan-kawan penggemar batik di luar negeri. Bagaimana koleksi rekan saya di Jepang, Belanda, dan lain sebagainnya. Koleksi batik-batik mereka bagus sekali. Saya jadi berpikir, masa anak cucu nanti bila ingin melihat batik yang bagus harus ke luar negeri? Batik kini sudah menjadi ekspresi atau bahasa dunia karena orang sudah menyebut istilah batik dimana-mana. Apalagi dengan banyaknya tekstil yang memiliki motif batik tercetak di atasnya dijual dimana-mana.

Sebenarnya bila kita mengaitkan dengan tradisi, apa yang dimaksud batik yang asli adalah kain yang dilukis atau dicap dengan menggunakan lilin panas dan membentuk motif dengan makna serta tujuan penggunaan tertentu. Untuk motif sendiri, kembali lagi pada sifat budaya yang saling mempengaruhi dan berkembang, ragam warna dan pola yang terdapat di atas batik di negara ini sangat dipengaruhi oleh corak dari negara lain yang terlibat aktivitas perdagangan dan penjajahan di Indonesia. Seperti warna dan motif khas Cina, Arab, dan Belanda yang banyak ditemui. Namun, tetap kain-kain tersebut disebut dengan kain batik selama proses pembuatannya masih sesuai dengan tradisi.

Sekarang, bagaimana dengan tekstil bermotif batik yang banyak dijumpai di pasaran dengan harga yang lebih terjangkau dibanding kain batik asli? Kondisi masyarakat kita majemuk dengan tingkat ekonomi berbeda. Tidak semua orang sanggup membeli kain batik asli sementara masih banyak kebutuhan hidup lain yang harus dipenuhi. Setiap hal ada sisi positif dan negatifnya. Sebisa mungkin, kita ambil posisi untuk melihat apa yang sisi positif tawarkan. Meskipun saya tahu pakaian yang dijual bukan dibuat dari kain batik asli, tetap, kita membutuhkannya untuk menggairahkan mereka yang memiliki uang terbatas untuk mengenal dan mengenakan ‘batik’ . Mungkin saat ini mereka belum membeli batik asli. Tapi seiring banyaknya penggunaan, mungkin suatu saat mereka akan memiliki keinginan dan kesanggupan untuk memiliki batik yang sebenarnya. Kita kan tidak pernah tahu bagaimana seseorang akan mulai tertarik untuk mengenal dan mempelajari sesuatu. Sisi positifnya, eksistensi dan kesadaran orang untuk mengenakan batik, yang diakui sebagai hasil karya banga Indonesia, akan tetap ada dan berkembang seiring berjalannya waktu. Biarkan saja masyarakat memiliki pilihan.

Masih terkait dengan motif yang sebuah  kain batik miliki, kadangkala saya melihat orang salah menggunakan motif untuk suatu keperluan. Misalnya, kain dengan motif yang seharusnya dipakai sebagai penutup jenazah, malah digunakan sebagai baju. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan mereka mengenai makna dibalik tiap motif yang ada. Edukasi dan preservasi akan batik sudah pasti diperlukan. Museum batik, pengakuan indikasi geografi proteksi untuk tiap motif, dan sejumlah instrumen perlindungan lainnya, adalah tugas bagi pemerintah untuk dapat menyediakannya. Namun, bangsa ini sendiri adalah bangsa yang besar dengan banyak permasalahan lain  yang harus diselesaikan. Ada banyak hal lain yang juga perlu pemerintah urusi dan memiliki kepentingan yang tidak kalah pentingnya. Oleh karenanya, mengapa tidak memulai dari diri kita sendiri? Suatu hal tidak akan berjalan ke arah yang diinginkan bila tidak ada yang menggerakkannya. Mulai dari hal kecil seperti mengenal, mempelajari, dan menggunakan batik atau kain tradisional lainnya karya pengrajin bangsa ini, sudah sedikit banyak membantu untuk tetap menjaga identitas batik atau budaya di negara ini.

Bagi saya yang bergelut di bidang akademis, menulis jurnal penelitian dan buku akan motif batik demi melestarikan keberadaannya, adalah hal yang mungkin dilakukan. Saat ini pun bersama sejumlah rekan, saya tengah menyusun kamus istilah batik, untuk dapat memberi pemahaman pada masyarakat akan istilah yang kerap ditemui dalam proses pembuatan batik, termasuk motif, dan asal mula katanya. Harapannya, apa pun hal yang kita lakukan bersama ini, akan memiliki manfaat bagi keberadaan batik dan kain tradisional Indonesia lainnya hingga di masa mendatang.

 

Related Articles

Card image
Society
Kembali Merangkul Hidup dengan Filsafat Mandala Cakravartin

Mengusahakan kehidupan yang komplit, penuh, utuh, barangkali adalah tujuan semua manusia. Siapa yang tidak mau hidupnya berkelimpahan, sehat, tenang dan bahagia? Namun ternyata dalam hidup ada juga luka, tragedi dan malapetaka. Semakin ditolak, semakin diri ini tercerai berai.

By Hendrick Tanuwidjaja
10 June 2023
Card image
Society
Melatih Keraguan yang Sehat dalam Menerima Informasi

Satu hal yang rasanya menjadi cukup penting dalam menyambut tahun politik di 2024 mendatang adalah akses informasi terkait isu-isu politik yang relevan dan kredibel. Generasi muda, khususnya para pemilih pemula sepertinya cukup kebingungan untuk mencari informasi yang dapat dipercaya dan tepat sasaran.

By Abigail Limuria
15 April 2023
Card image
Society
Optimisme dan Keresahan Generasi Muda Indonesia

Bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda pada 2022 lalu, British Council Indonesia meluncurkan hasil riset NEXT Generation. Studi yang dilakukan di 19 negara termasuk Indonesia ini bertujuan untuk melihat aspirasi serta kegelisahan yang dimiliki anak muda di negara masing-masing.

By Ari Sutanti
25 March 2023