Pandangan kita sebagai masyarakat urban yang terputus dari alam membuat kita kesulitan untuk memiliki rasa cinta yang besar dan kepedulian yang tinggi akan alam yang ada di sekitar kita. Apapun dampak perubahan iklim kita tidak merasakannya secara langsung. Ketika merasakan udara panas kita bisa berada dalam ruangan ber-AC, udara dingin kita bisa pakai jaket. Mau panen gagal atau apapun yang terjadi di daerah-daerah lain di mana peristiwa alam banyak terjadi kita tidak terlalu merasakan imbasnya. Secara mudah kita bisa membeli bahan pangan di supermarket. Tapi masyarakat yang ada di daerah yang dekat dengan alam, mereka merasakan langsung dampak perubahan iklim. Bagaimana mereka kesulitan membaca tanda-tanda alam, kapan harus panen, harus menanam pohon. Bagaimana saat suhu naik mereka langsung merasakan rasa panasnya, bagaimana udara dan air berkurang kualitasnya. Mereka sadar betul kebutuhan mereka berada di alam sehingga memang harus melakukan sesuatu agar tetap hidup jangka panjang.
Seperti contohnya salah satu sosok dari Flores tepatnya di Desa bernama Bea Muring. Beliau adalah seorang Pastor Katolik yang membuat gagasan mengganti generator listrik dengan tenaga listrik pembangkit mikro hidro. Di sana listrik belum masuk seperti di perkotaan sehingga masyarakatnya tergantung pada generator yang tidak hanya bising tapi juga mengeluarkan emisi tinggi. Tujuh tahun lalu, Pastor ini mengajak masyarakat membangun tenaga listrik pembangkit mikro hidro yang bersih dari emisi karena memanfaatkan sumber daya alam yang ada. Selain mengajak masyarakat bersama-sama membuat alam tetap terjaga beliau juga ingin menyadarkan masyarakat agar tidak tergantung dengan orang lain, dengan pemerintah. Bahwa apapun yang terjadi masyarakat harus bisa swadaya dengan kekuatan mereka sendiri.
Berangkat dari fenomena krisis ekologi besar-besaran di seluruh dunia serta kurangnya kesadaran masyarakat urban di Indonesia membuat saya dan sekelompok teman tergerak untuk membuat sebuah film dokumenter berkaitan dengan isu ini. Kami percaya banyak orang yang sebenarnya sudah melakukan sesuatu tapi belum terlihat banyak orang. Seperti yang sudah dilakukan oleh Pastor dari Flores tersebut. Kami merasa isu lingkungan dapat dilihat dari sisi yang berbeda. Dari sisi para sosok yang berasal dari suku, adat, budaya dan agama yang berbeda. Seperti yang kita tahu Indonesia adalah negara dengan masyarakat yang beragam. Besar harapan kami jika masyarakat bisa melihat figur dengan kepercayaan dan agamanya masing-masing melakukan sesuatu untuk alam mereka bisa mengambil contoh dari mereka dan terdorong berbuat sesuatu.
Pada saat kita berkunjung ke daerah-daerah syuting film Semesta, kami melihat begitu banyak orang yang sangat mencintai indonesia. Mereka ingin melakukan sesuatu untuk alamnya. Mereka percaya bahwa alam adalah tempat yang kita tinggali di manapun kita berada. Mau pindah ke negara manapun alam akan tetap ada. Seperti ada salah satu sosok daerah yang berkata, “Bumi tidak akan ke mana-mana meski ada perubahan iklim dia akan tetap ada. Tapi kalau manusia mau tetap tinggal di bumi maka manusia yang harus berubah.” Jadi sebenarnya film juga ini ingin menanamkan rasa cinta pada alam yang ada di dunia namun dimulai dari alam yang ada di sekitar kehidupan kita sehari-hari. Dari tujuh lokasi di Indonesia yang kami pilih, kami ingin menggambarkan Indonesia sebagai sebuah negara yang sangat besar dengan manusia-manusia yang sangat beragam. Itulah mengapa karakter-karakter yang dipilih juga memiliki kepercayaan dan agama yang berbeda-beda. Begitu pula dengan bentuk alamnya. Kami memperlihatkan ekosistem hutan, laut, sungai, perkebunan, pedesaan, bahkan perkotaan sehingga dapat digambarkan bahwa Indonesia itu beragam tapi alam akan tetap ada di situ. Jadi kita harus menjaga alam itu bersama sama.
Banyak orang merasa perubahan iklim adalah sesuatu hal yang besar sehingga mereka merasa powerless. Tidak bisa berbuat apa-apa. Padahal banyak langkah-langkah kecil yang bisa dilakukan semua individu untuk memelankan dampak perubahan iklim. Langkah-langkah kecil itu sudah dimulai oleh para sosok yang dihadirkan dalam film Semesta ini. Mereka memberikan inspirasi pada masyarakat untuk mulai melakukan hal-hal kecil. Kami paham betul penonton film adalah kebanyakan masyarakat urban. Menjadi alasan kuat untuk kami membuat film ini agar para masyarakat urban yang terputus dari alam dapat terketuk hatinya untuk melihat bahwa siapapun bisa melakukan sesuatu. Sekalipun dia yang tinggal di perkotaan.