Society Health & Wellness

Menghindari Perasaan Terjebak

Ketika manusia menemui sebuah masalah, manusia akan mudah mencari distraksi agar bisa melarikan diri dari masalah. Selama ini mungkin sebenarnya kita merasa tidak nyaman berada di rumah sehingga kita berusaha mencari distraksi di luar dengan jalan-jalan ke mal atau berkumpul bersama teman-teman. Sekarang karena kita tidak lagi bisa mencari distraksi tersebut. Akhirnya muncul sebuah ketidaknyamanan saat berada di dalam rumah, yang mengantar kita pada sebuah fenomena psikologi, cabin fever.

Istilah cabin fever sendiri sebenarnya merupakan istilah populer untuk memahami fenomena yang terjadi saat ini. Dalam ilmu psikologi istilah ini sangat dekat dengan claustrophobia yaitu perasaan cemas dan takut berada di dalam ruang sempit, gelap dan minim aliran udara. Akan tetapi perbedaannya adalah cabin fever bukanlah sebuah penyakit kejiwaan. Hanya sebuah istilah yang memudahkan kita menggambarkan kondisi yang sedang dialami yaitu terperangkap dalam rumah dan memunculkan perasaan tidak bebas untuk keluar.

Cabin fever bukanlah sebuah penyakit kejiwaan. Hanya sebuah istilah yang memudahkan kita menggambarkan kondisi yang sedang dialami yaitu terperangkap dalam rumah dan memunculkan perasaan tidak bebas untuk keluar.

Dalam ilmu psikologi sendiri kebebasan adalah sesuatu yang dijunjung tinggi. Kebebasan untuk beraktivitas, memilih dan berperilaku secara mandiri. Di situasi seperti ini, kebebasan kita tidak hanya terbatasi secara psikis, namun juga secara fisik. Inilah yang akhirnya dapat mempengaruhi pikiran kita, terutama bagi kita yang memang memiliki trauma akan ruang sempit dan memiliki kecemasan tinggi.

Meskipun demikian, cabin fever bisa juga dialami oleh mereka yang tidak pernah mengalami trauma atau penyakit kecemasan. Mungkin selama ini kita tidak sadar akan ketidaknyamanan tersebut, dan baru menyadari setelah benar-benar merasakan dan terpengaruh oleh situasi ini. Terutama bagi mereka yang suka mengumpulkan energi dengan cara  bersosialisasi dan bepergian. Kenyamanan mereka muncul ketika berada di keramaian, sehingga berada di rumah saja terasa seolah berada di neraka.

Cabin fever sebaiknya jangan dianggap sebagai sebuah penyakit melainkan sebagai sebuah fenomena. Sebab biasanya kalau kita memahaminya sebagai sebuah penyakit dan punya dampak negatif ke diri kita, akhirnya kita malah memberikan sugesti pada pikiran kita bahwa kita “terserang” cabin fever. Padahal tidak seperti itu, cabin fever hanya sebuah istilah populer untuk menggambarkan situasi unik ini. Dibandingkan mendiagnosa diri saja, sebaiknya kita justru menganalisa apa yang dirasakan, apa kegalauan yang dipikirkan, dan apa kesulitannya. Hal ini berguna untuk memahami diri kita lebih jauh, lalu bisa dilanjutkan dengan melakukan tindakan yang mengurangi kecemasan akan perasaan terjebak.

Dibandingkan mendiagnosa diri saja, sebaiknya kita justru menganalisa apa yang dirasakan, apa kegalauan yang dipikirkan, dan apa kesulitannya. 

Berikut beberapa hal yang bisa dijadikan perenungan atau referensi:

Pertama, pahami sudut pandang bahwa sebenarnya berada di rumah adalah bagian dari pilihan sendiri. Secara tidak sadar, dalam menghadapi masalah kita suka sekali menjadikan diri sebagai korban. Dalam hal ini kita merasa menjadi korban lingkungan, menjadi korban akan corona yang membuat berbagai rencana gagal.  Sehingga kita larut ke dalam kesedihan dan kegalauan hingga akhirnya merasa terpaksa dan sulit menerima keadaan.

Secara tidak sadar, dalam menghadapi masalah kita suka sekali menjadikan diri sebagai korban

Padahal kenyataannya tidak ada yang berkonspirasi untuk membuat kita menderita menjadi seorang korban. Dengan mengubah sudut pandang bahwa ini juga bagian dari pilihan kita berada di rumah, lambat laun kita akan lebih mudah menerima keadaan dan mengurangi kecemasan dalam diri. 

Setelah mengubah sudut pandang, nantinya kita bisa perlahan menemukan bahwa sebenarnya terdapat beberapa pilihan-pilihan agar kita tidak merasa terjebak dalam rumah. Kita tidak harus 24 jam berada dalam kamar, kita bisa keluar dari kamar ke halaman rumah misalnya atau mungkin jalan mengelilingi komplek sebentar. Kita juga masih bisa bersosialisasi dengan banyak orang lewat beragam media dan teknologi yang sudah tersedia di depan mata.  Bertemu dan bersosialisasi secara virtual faktanya bisa juga menjadi kegiatan yang seru. Bayangkan kita bisa video call ramai-ramai dengan teman-teman untuk buka puasa bersama, daripada melulu kumpul, makan, dan pulang. 

Setelah mengubah sudut pandang, nantinya kita bisa perlahan menemukan bahwa sebenarnya terdapat beberapa pilihan-pilihan agar kita tidak merasa terjebak dalam rumah.

Terakhir, kita bisa coba tanyakan kepada diri kita sendiri,"mengapa kita tidak bisa merasa nyaman berada di rumah atau di kamar sendiri?". Padahal rumah atau kamar merupakan menjadi representasi diri kita. Seharusnya menjadi satu-satunya tempat di dunia yang bisa membuat kita merasa nyaman, apalagi dibandingkan tempat lainnya. Kalau kita bisa bosan dan merasa tidak betah apalagi sampai merasa cemas berada di kamar atau rumah sendiri, berarti mungkin ada yang salah dan bisa diperbaiki.

Kalau sudah menyadari ini, kita bisa mulai bergerak. Mungkin mengubah sedikit tata letak furnitur dalam kamar, menambah dekorasi, mengubah suasana atau mencoba aktivitas baru. Sehingga lama kelamaan kita bisa merasa memegang kendali dan hidup di ruang kita sendiri. Tidak merasa terjebak di antara benda mati seperti tembok dan atap.

Related Articles

Card image
Society
Kembali Merangkul Hidup dengan Filsafat Mandala Cakravartin

Mengusahakan kehidupan yang komplit, penuh, utuh, barangkali adalah tujuan semua manusia. Siapa yang tidak mau hidupnya berkelimpahan, sehat, tenang dan bahagia? Namun ternyata dalam hidup ada juga luka, tragedi dan malapetaka. Semakin ditolak, semakin diri ini tercerai berai.

By Hendrick Tanuwidjaja
10 June 2023
Card image
Society
Melatih Keraguan yang Sehat dalam Menerima Informasi

Satu hal yang rasanya menjadi cukup penting dalam menyambut tahun politik di 2024 mendatang adalah akses informasi terkait isu-isu politik yang relevan dan kredibel. Generasi muda, khususnya para pemilih pemula sepertinya cukup kebingungan untuk mencari informasi yang dapat dipercaya dan tepat sasaran.

By Abigail Limuria
15 April 2023
Card image
Society
Optimisme dan Keresahan Generasi Muda Indonesia

Bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda pada 2022 lalu, British Council Indonesia meluncurkan hasil riset NEXT Generation. Studi yang dilakukan di 19 negara termasuk Indonesia ini bertujuan untuk melihat aspirasi serta kegelisahan yang dimiliki anak muda di negara masing-masing.

By Ari Sutanti
25 March 2023