Society Art & Culture

Menenun Harapan

Fotografi Oleh: Toraja Melo

Polemik yang berada di negara kita memang beragam. Tapi banyak orang terpapar hanya pada apa yang terjadi di kota besar saja. Di pedalaman atau area-area rural seperti Tana Toraja, masalah-masalah yang terjadi di dalamnya kurang mendapat perhatian. Padahal banyak isu di area sarat budaya ini yang cukup pelik dan masih belum ada cara penyelesaiannya.

Salah satu fenomena yang masih sulit mendapat solusi adalah masalah perempuan dan pekerjaan. Ketika menjadi TKI dan TKW adalah pekerjaan yang didorong dan didukung pemerintah di mana mereka dianggap sebagai pahlawan devisa, saya justru merasa kerugian yang didapatkan tak ternilai dibandingkan dengan pendapatan yang didapatkan. Hanya uang yang ditransfer dari luar ke dalam negeri saja yang dihitung tapi tidak dipikirkan seberapa rugi para perempuan merusak kehidupan keluarga saat harus pergi ke luar negeri demi membantu biaya rumah tangga. Anak yang dibesarkan dengan bantuan orang lain seperti kakek dan neneknya pasti akan sangat berdampak pada kesehatan jiwa sang anak. Bagaimanapun juga orang tua adalah yang terbaik untuk membesarkan anak. Sehingga inilah yang tidak bisa dihitung dengan jumlah uang.

Menjadi TKI dan TKW adalah pekerjaan yang dianggap sebagai pahlawan devisa, namun saya justru merasa kerugian yang didapat tak ternilai dibandingkan dengan pendapatan.

Belum lagi dengan adanya jumlah kasus inses yang cukup tinggi di Toraja. Masyarakat di sini sulit mendapatkan pengetahuan tentang seks karena enggan membicarakan hal yang dianggap tabu. Budaya dan agama di sini cukup keras sehingga pendidikan seks dianggap menjadi jalur untuk mendorong adanya gagasan seks bebas. Padahal ketika manusia berkembang, hormon-hormon dalam tubuh juga berkembang. Proses akil balik pun membuat para remaja mulai merasakan gejolak tersendiri di mana pendidikan seks sangat penting untuk diberitahukan. Tapi karena faktor agama dan budaya tadi, banyak anak-anak di Toraja akhirnya menikah di umur yang belum matang sehingga terlalu dini memiliki anak dan berkeluarga. Tragedi inses pun terjadi karena pada saat anak-anak yang sudah menjadi kakek atau nenek di umur 40 tahunan memiliki cucu perempuan yang tidak begitu jauh umurnya dari mereka. Namun yang memperburuk adalah bahwa secara adat mereka tidak bisa membicarakan hal-hal semacam ini.

Kejadian ini pun bukan tidak mungkin menimpa karena kurangnya figur para ibu di rumah karena harus bekerja di luar rumah sehingga tidak ada yang memberikan pendidikan moral pada anak mereka. Sehingga Toraja Melo pun mencoba untuk mengambil peran membantu mengatasi kemiskinan di Indonesia dengan menyediakan pilihan pekerjaan pada para perempuan Toraja di mana mereka bisa bekerja di rumah tanpa harus mengganggu kegiatan sehari-harinya mengurus keluarga. Tenun menjadi salah satu solusinya selain karena potensinya yang besar di Indonesia juga karena bisa dikerjakan di rumah seusai mengerjakan tugas-tugas kerumahtanggaan mereka. 

Tenun menjadi salah satu solusinya selain karena potensinya yang besar.

Tapi tidak hanya sebatas membantu ekonomi mereka saja, kami di Toraja Melo bersama dengan PEKKA (Perempuan Kepala Keluarga) yang mengumpulkan janda-janda di Indonesia juga bersama memberikan edukasi pada para perempuan Toraja untuk memiliki pemikiran mandiri. Memberikan ruang yang aman untuk mereka bersimpuh, berdiskusi dan memiliki mental yang kuat dalam menghadapi segala kesulitan menjadi perempuan di Toraja dengan segala macam hal budaya dan adat yang kadang dapat menjadi tekanan tersendiri untuk mereka. Sehingga 10 tahun belakangan ini mereka pun sedikit demi sedikit mencapai mimpi sederhana mereka. Bukan hanya soal penghasilan tapi juga martabat mereka. 

Memberikan ruang yang aman untuk mereka bersimpuh, berdiskusi dan memiliki mental yang kuat dalam menghadapi segala kesulitan menjadi perempuan Toraja.

Penghasilan para perempuan penenun ini sekarang sudah meningkat hingga 500% di mana mereka kini sudah bisa membawa enam babi untuk datang ke upacara adat. Inilah yang menjadi martabat mereka sebagai orang Toraja. Seperti satu kisah Mama Ita. Dia seorang janda yang menenun hingga sekarang dapat menyekolahkan anaknya (Ita) hingga lulus menjadi perawat dan membawa tidak hanya satu tapi enam babi sekaligus ke upacara adat Toraja. Hingga dia bilang bahwa dia sudah tidak malu lagi sampai dapat berjalan tegak penuh dengan kebanggaan. 

Peningkatan dan keberhasilan yang sudah didulang Toraja Melo pun masih sangat membutuhkan banyak kerja sama dari berbagai pihak. Meski kini saya sangat bangga bahwa tenun Toraja sudah semakin banyak dipakai oleh anak muda yang secara tidak langsung turut mempromosikan, tapi saya rasa kami masih terus membutuhkan lebih banyak orang dan institusi yang menggunakan tenun Toraja untuk meningkatkan penjualan para penenun Toraja. Selain itu dari sisi pariwisata juga saya berharap masyarakat dapat lebih sadar tentang keberadaan para penenun di Toraja ini. Bukan hanya mengunjungi situs-situs budaya Toraja saja tapi juga turut berkecimpung dalam berkegiatan dengan para penenun. Saya percaya dengan turut mengalami bagaimana rasanya duduk, makan, menari bersama para penenun. Dengan demikian semakin banyak orang yang mengetahui benar-benar kehidupan seperti apa yang dialami para perempuan penenun Toraja sendiri. 

Related Articles

Card image
Society
Kembali Merangkul Hidup dengan Filsafat Mandala Cakravartin

Mengusahakan kehidupan yang komplit, penuh, utuh, barangkali adalah tujuan semua manusia. Siapa yang tidak mau hidupnya berkelimpahan, sehat, tenang dan bahagia? Namun ternyata dalam hidup ada juga luka, tragedi dan malapetaka. Semakin ditolak, semakin diri ini tercerai berai.

By Hendrick Tanuwidjaja
10 June 2023
Card image
Society
Melatih Keraguan yang Sehat dalam Menerima Informasi

Satu hal yang rasanya menjadi cukup penting dalam menyambut tahun politik di 2024 mendatang adalah akses informasi terkait isu-isu politik yang relevan dan kredibel. Generasi muda, khususnya para pemilih pemula sepertinya cukup kebingungan untuk mencari informasi yang dapat dipercaya dan tepat sasaran.

By Abigail Limuria
15 April 2023
Card image
Society
Optimisme dan Keresahan Generasi Muda Indonesia

Bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda pada 2022 lalu, British Council Indonesia meluncurkan hasil riset NEXT Generation. Studi yang dilakukan di 19 negara termasuk Indonesia ini bertujuan untuk melihat aspirasi serta kegelisahan yang dimiliki anak muda di negara masing-masing.

By Ari Sutanti
25 March 2023