Banyak dari kita mungkin belum sadar seberapa besar pengaruh aktivitas yang dilakukan sehari-hari pada keberlangsungan bumi. Mulai dari menyalakan TV, mengisi baterai telepon pintar, hingga makan bisa menyumbang kerusakan lingkungan seperti kekeringan, bencana alam atau berkurangnya produksi bahan pangan. Setiap hari kita bisa menghasilkan jejak karbon atau gas emisi yang dihasilkan dari segala kegiatan tersebut. Misalnya ketika kita makan, pangan yang didistribusikan dari petani ke pasar pasti menggunakan transportasi yang diisi bahan bakar. Kemudian saat sudah ada di rumah, kita memasak bahan-bahan tersebut menggunakan kompor yang dinyalakan dengan gas bumi. Kegiatan makan yang membutuhkan energi dari sumber daya alam yang tidak terbarukan sudah pasti memiliki dampak pada lingkungan.
Jika dilihat dari sektor bisnis, tentu saja sumbangan jejak karbon jauh lebih banyak. Sektor energi, misalnya. Ia menyumbang jejak karbon terbesar. Batu bara, minyak dan gas bumi meningkatkan jumlah emisi pada bumi. Oleh karena itu, sebenarnya para pengusaha juga perlu tahu dan menghitung jejak karbon yang dihasilkan dari produksi perusahaan sehari-hari. Contoh sederhananya pada bisnis kopi. Pemilik kedai kopi bisa memperhitungkan seberapa banyak pemakaian listrik, air, lalu mulai merencanakan bagian apa yang bisa dikurangi. Jika ternyata belum ada yang bisa dikurangi berarti langkah offset, sebaiknya dilakukan. Offset adalah upaya mengkompensasi emisi karbon yang sudah dihasilkan oleh suatu kegiatan sebelumnya, dengan membeli emisi karbon yang dihasilkan oleh sumber lain. atau mengganti kegiatan tersebut dengan energi terbarukan. Dalam bisnis kopi, contohnya, pebisnis bisa memiliki menggunakan biji kopi dari area penanaman yang rendah karbon dan merubah lampu menjadi LED. Namun, akan lebih baik jika individu atau pebisnis tersebut juga dapat melakukan pembelian program karbon offset dan melakukan tanam pohon. Di awal mungkin biaya akan lebih besar tapi ke depannya akan lebih menguntungkan karena pemakaian listrik yang lebih rendah dan memiliki bisnis yang lebih sustainable.
Menurut berbagai riset, bumi sejatinya selalu bisa berjuang untuk mengembalikan ekosistemnya seperti semula. Buktinya, zaman es saja sudah terjadi beberapa kali dan bumi tetap kembali bisa dihidupi. Sehingga sebenarnya bukan kita yang menyelamatkan bumi tetapi kita menyelamatkan diri sendiri. Ketika kita bisa memikirkan keberlangsungan lingkungan, berupaya untuk tidak memperburuk kondisi bumi sebenarnya kita menyelamatkan diri sendiri, orang lain, dan keturunan kita di masa depan. Kita bisa mulai dari sekarang, mulai menyadari betapa pentingnya memahami keberlangsungan alam untuk keberlangsungan hidup kita. Dengan menyadari adanya jejak karbon sebenarnya sudah menjadi langkah awal untuk kemudian beraksi: reduce atau mengurangi jejak karbon.
Sebenarnya bukan kita yang menyelamatkan bumi tetapi kita menyelamatkan diri sendiri.
Akan tetapi, kita harus memahami bahwa mengurangi jejak karbon bukanlah perkara mudah. Tidak mungkin kita benar-benar bisa meniadakan jejak karbon seluruhnya. Setiap hari kita butuh listrik, butuh bepergian, dan lain-lain. Tidak usah berpikir muluk-muluk tapi cobalah untuk memikirkan dari segi mana kita bisa berkontribusi mengurangi jejak karbon. Yang bisa dilakukan sangat banyak sesederhana menghemat penggunaan listrik di rumah. Nantinya apabila sudah merasa tidak ada lagi bisa dikurangi berarti kita harus beralih ke offset, beralih ke energi atau produk-produk ramah lingkungan dengan minim jejak karbon. Inilah yang bisa dilakukan dalam level individu.
Mengurangi jejak karbon bukanlah perkara mudah. Tidak mungkin kita benar-benar bisa meniadakan jejak karbon seluruhnya. Tidak usah berpikir muluk-muluk, tapi cobalah untuk memikirkan dari segi mana kita bisa berkontribusi mengurangi jejak karbon.
Untuk membantu masyarakat menghitung jejak karbon yang dihasilkan dari kegiatan, Jejak.in menghadirkan teknologi yang dapat mengkalkulasi jejak karbon tersebut serta membantu masyarakat melakukan offset. Tidak hanya untuk individu saja, tapi juga untuk berbagai perusahaan yang ada di Indonesia. Kami percaya bahwa investasi terbesar bukan terletak pada seberapa emas atau dollar yang dimiliki, tapi dari upaya penghijauan. Bagaimana kita bisa meneruskan perusahaan, menjalankan roda ekonomi kalau sebenarnya keberadaan kita di dunia terancam karena adanya kerusakan alam yang berpotensi menimbulkan bencana? Jadi bukankah lebih baik kita mencegah itu semua terjadi dengan upaya melestarikan alam dan lingkungan? Apalagi sebenarnya Indonesia adalah negara yang memiliki aset sumber daya alam yang sangat besar. Kenapa kita tidak berinvestasi kepadanya agar bisa mempertahankan keberlangsungan roda ekonomi?
Investasi terbesar bukan terletak pada seberapa emas atau dollar yang dimiliki, tapi dari upaya penghijauan