Pernah tidak kita mempertanyakan kehadiran kita di dunia? Mengapa kita bisa hidup di tengah-tengah alam semesta yang sudah ada selama 15 milyar tahun lamanya? Padahal peradaban manusia saja baru tercipta selama 6.000 tahun. Lalu dari seluruh makhluk yang ada di semesta ini, mengapa hanya kita manusia yang memiliki akal budi dan perasaan? Bayangkan betapa kita sebenarnya adalah istimewa. Dari 200 juta sperma yang membuahi sel telur hanya satu sperma yang mampu bertahan, berproses menjadi bayi, dan melahirkan kita untuk bertumbuh dewasa. Kehidupan kita ini bisa dibilang bukanlah sesuatu yang normal. Merupakan sebuah keajaiban bahwa bisa ada partikel yang membentuk kehidupan manusia. Eksistensi hidup manusia tidaklah istimewa sebab ada sesuatu yang lebih besar dari kita di dunia ini namun di waktu yang bersamaan kita adalah makhluk istimewa yang bisa hadir di tengah-tengah semesta.
Merupakan sebuah keajaiban bahwa bisa ada partikel yang membentuk kehidupan manusia. Eksistensi hidup manusia tidaklah istimewa sebab ada sesuatu yang lebih besar dari kita di dunia ini namun di waktu yang bersamaan kita adalah makhluk istimewa yang bisa hadir di tengah-tengah semesta.
Seorang filsuf asal Jerman, Friedrich Nietzsche mengembangkan kerangka berpikir eksistensi manusia dengan paham nihilisme di tahun 1800an sebagai dasar berbagai pertanyaan di atas. Dia mempertanyakan bagaimana kalau ternyata kehidupan kita sebenarnya tidak sesuai dengan apa yang diajarkan oleh agama atau ragam budaya yang dikenal sejak lahir. Bagaimana kalau ternyata kita bisa menentukan moralitas kita tanpa harus berdasar pada ajaran-ajaran eksternal di luar diri? Mendengar ini nihilisme seringkali dianggap bertentangan dengan prinsip sosial pada umumnya. Banyak orang yang berpikir kalau memang eksistensi kita tidak ada artinya kita bisa berbuat sesuka hati. Padahal tidaklah demikian. Paham nihilisme yang diungkapkan Nietzsche berporos pada kebebasan manusia menentukan tujuan hidupnya tanpa ada pengaruh dari faktor eksternal. Tidak melakukan sesuatu hanya karena berdasar pada suatu prinsip, ajaran keluarga atau masyarakat.
Misalnya dalam memahami kehidupan setelah meninggal. Dalam ajaran agama banyak yang menggambarkan bagaimana kehidupan kita setelah berada di akhirat. Sedangkan ideologi nihilisme berupaya untuk mengeluarkan manusia dari pemahaman yang kita kenal tentang akhirat dan berpikir akan kemungkinan tidak adanya kehidupan setelah meninggal. Sehingga kita akan fokus pada apa yang ada saat ini, fokus pada masa kita hidup. Fokus pada cara membuat diri sendiri, keluarga dan sekitar kita bahagia. Adalah bonus kalau kita memberikan manfaat pada lingkungan sekitar. Sehingga tujuan hidup kita bukan berasas pada keinginan berbuat baik agar dapat masuk surga. Tapi keinginan berbuat baik karena itu yang membuat kita bahagia. Nantinya kita bisa memanfaatkan apa yang ada di hari ini dan bersyukur akan kehadiran kita yang kemungkinannya sangat kecil.
Sehingga tujuan hidup kita bukan berasas pada keinginan berbuat baik agar dapat masuk surga. Tapi keinginan berbuat baik karena itu yang membuat kita bahagia.
Nihilisme yang diusulkan Nietzsche membantu manusia untuk menentukan dan menciptakan moralitas baru untuk kita sendiri tanpa mendorong untuk bersikap apatis. Pemahamannya mengenai nihilisme menganjurkan kita untuk berpikir kritis akan moralitas turun-temurun yang sudah tidak lagi sesuai dengan zaman. Moralitas yang ada pada tahun 40an, 80an dan 2000an tentu saja berbeda. Misalnya saja cara berpikir primordial yang menaruh wanita untuk bekerja di dapur. Mungkin pada zaman dulu ada alasan-alasan khusus mengapa wanita lebih banyak ada di rumah dan tidak bekerja di luar. Namun apakah cara berpikir tersebut harus menjebak kita selamanya? Inilah fungsi kehadirna nihilisme yaitu menantang manusia untuk terus-menerus mengeksplorasi moralitas yang sesuai pada zaman kita hidup. Untuk meniadakan pemahaman pada ajaran-ajaran tradisional yang sudah tidak lagi relevan. Sehingga sebenarnya nihilisme membantu kita melakukan evolusi terhadap berbagai ideologi yang ada dari masa ke masa.
Nihilisme membantu kita melakukan evolusi terhadap berbagai ideologi yang ada dari masa ke masa.
Menurut saya ada banyak nilai positif yang bisa dipakai dari nihilisme Nietzsche. Pemahaman bahwa kita berhak menentukan moralitas kita sendiri dan bebas menentukan tujuan hidup kita sendiri. Hal-hal positif ini bisa dimanfaatkan baik kita beragama maupun tidak beragama. Meskipun sebenarnya tidak semerta-merta kita harus menjadi seorang nihilis sejati yang tidak memiliki ideologi lain dalam hidup. Nyatanya, ide bahwa kita harus menciptakan lingkungan atau keadaan yang lebih baik untuk penerus kita tidak terbentuk oleh satu ideologi tertentu saja. Basis pemikiran nihilisme Nietzsche sendiri bukan bertujuan untuk memporak-porandakan tatanan sosial. Tatanan sosial tetap harus ada. Kita harus tetap bekerja sama, saling menghormati sebagaimana mestinya. Hanya ada bagian dalam hidup yang harus selalu dipertanyakan dan dieksplorasi jawabannya sehingga kita mendapati jawaban sendiri tanpa perlu memercayai tuntutan tradisional yang ada di masyarakat.
Ide bahwa kita harus menciptakan lingkungan atau keadaan yang lebih baik untuk penerus kita tidak terbentuk oleh satu ideologi tertentu saja.