Perubahan zaman merupakan fenomena yang tidak bisa kita hindari. Dari masa ke masa manusia terus berevolusi. Begitu juga kebutuhannya. Karena perubahan kebutuhan ini pula manusia selalu mencari solusi untuk memenuhinya dengan cara-cara terbaik. Munculah kemudian “teknologi” yang diciptakan manusia untuk mempermudah kegiatan kita berkeseharian. Di zaman purba dulu misalnya teknologi yang diciptakan tentu saja bukan smartphone tapi benda yang dapat membuat api tanpa harus menunggu sambaran kilat yang membakar pohon. Sehingga sebenarnya teknologi diciptakan untuk selalu maju mengikuti perkembangan kepintaran manusia tidak lain adalah untuk membuat kehidupan yang lebih baik.
Teknologi diciptakan untuk selalu maju mengikuti perkembangan kepintaran manusia tidak lain adalah untuk membuat kehidupan yang lebih baik.
Akan tetapi semua hal di dunia pasti punya dua sisi. Begitu juga dengan teknologi. Ada sisi positif dan negatifnya. Teknologi bisa jadi amat berbahaya jika ketika kita menggunakan bahan-bahan yang mengganggu ekosistem dunia. Misalnya timah untuk membuat telepon genggam. Memang, kita kini tidak bisa dilepaskan dari smartphone tapi jika terus-terusan mengeruk timah demi penciptaan teknologi ini sudah pasti dunia kita juga lama-lama akan hancur. Contoh lainnya adalah internet. Keberadaannya di tengah kita sejatinya bisa jadi sangat positif. Bayangkan kita bisa mengakses berbagai informasi dari belahan dunia lain. Belum lagi dengan adanya kesempatan mendapatkan pekerjaan dengan memiliki internet. Dengan kehadirannya di kehidupan, kita kini tidak hanya menjadi konsumen tapi juga produser (prosumer). Kita tidak hanya mengonsumsi informasi yang ada di mesin pencarian Google melainkan juga memproduksi informasi ke dalamnya. Ironisnya kemudahan ini berpotensi sekali dimanfaatkan oleh sejumlah pihak untuk memicu adanya masalah. Itulah yang akhirnya membuat stigma penciptaan teknologi menjadi menyeramkan apabila di masa depan tidak diberikan rambu-rambu yang pasti tentang penggunaan teknologi secara bijak.
Saya percaya kita diciptakan Tuhan bukan untuk menjadi makhluk yang serakah sehingga kita sebenarnya diberikan akal budi untuk membangun sesuatu yang dapat memperbaiki dunia kita sendiri. Future of humanity atau masa depan umat manusia adalah soal bagaimana kita bisa memahami apa fungsi teknologi untuk kehidupan kita. Memilih dan memilah secara bijak produk-produk teknologi yang dapat memajukan kehidupan, menyebarkan kebaikan, dan menyelesaikan masalah-masalah yang tak kunjung usai. Di beberapa negara seperti di Jepang sudah melahirkan robot-robot cerdas yang mengatasi masalah sumber daya manusia yang jumlahnya tidak sebanding dengan pekerjaan tertentu. Keberadaan robot ini diperlukan agar negara tetap produktif dan efisien. Memang, bisa saja penggunaannya jadi menyimpang. Oleh karena itu peran pemerintah sangat diperlukan demi menjaga koridor regulasinya. Dari awal kemunculan suatu inovasi baiknya penyuluhan yang menyeluruh pada masyarakat dilakukan. Demi mencegah adanya penyimpangan yang terjadi akibat ketidaktahuan akan dampak besar inovasi tersebut.
Kita diciptakan Tuhan bukan untuk menjadi makhluk yang serakah sehingga kita sebenarnya diberikan akal budi untuk membangun sesuatu yang dapat memperbaiki dunia kita sendiri.
Tidak akan lama lagi — paling tidak 10 tahun lagi, teknologi dan tubuh manusia akan bersatu. Nantinya sudah tidak ada lagi perbedaan antara manusia dengan artificial Intelligence (AI). Artinya tubuh kita dapat memprogram AI yang ditanam di dalam tubuh untuk melakukan berbagai aktivitas. Contohnya chip yang dapat ditanam di dalam tangan untuk kepentingan bertransaksi. Diprediksi teknologi di masa depan memang akan mengacu pada terminologi cashless dan frameless. Tidak ada lagi membawa banyak benda untuk bertransaksi atau gadget untuk mencari informasi. Lalu media sosial. Mungkin bagi kebanyakan orang media sosial hanyalah sebuah tempat untuk mencari hiburan atau pekerjaan. Yang tidak mereka tahu adalah media sosial diciptakan untuk menciptakan gaya hidup baru di masa depan. Kini media sosial digencarkan untuk mengumpulkan berbagai identitas manusia. Ketika kita membuat akun media sosial kita harus memasukan foto dan identitas. Kemudian selama aktif di dalamnya kepribadian kita akan terlihat. Mulai dari cara kita berbicara, bersikap, dan kebiasaan kita sehari-hari. Nantinya pengumpulan ini digunakan untuk memudahkan manusia mencari informasi dan memenuhi kebutuhannya tanpa perlu banyak mencari. Mesin pencarian sudah akan dapat membaca pikiran dan karakter kita tanpa perlu panjang lebar memberikan komando.
Bagi kita di generasi terdahulu mungkin terdengar menakutkan. Tapi di generasi berikutnya fenomena ini justru akan menjadi tren. Apapun yang dulu dipikirkan bahaya atau tidak lazim di generasi berikutnya pasti akan menjadi hal yang biasa. Seperti di masa nenek kita dulu tidak ada handphone lalu melihat kita sekarang menggunakannya bagi mereka pasti aneh atau bahkan mungkin berbahaya. Di masa transisi nantinya tentu akan muncul krisis. Setiap perubahan mengakibatkan disrupsi. Ketika bola lampu pertama muncul mereka para penjual lilin pasti langsung bangkrut. Semua orang beralih ke lampu. Setiap ada teknologi yang diproduksi massal sudah pasti akan muncul disrupsi dan itulah tanda pergantian era. Dengan adanya kemunculan teknologi baru saya rasa masyarakat juga sudah enggan untuk kembali ke gaya hidup lama.
Dulu saya masih merasakan warnet (warung internet). Paman saya memberikan saran untuk berbisnis warnet saja kalau sudah dewasa. Ternyata warnet-nya justru lama-lama berubah jadi kafe. Pasti akan ada yang hilang, tapi pasti juga akan ada substitusinya. Akhirnya kita tidak perlu fokus pada hal-hal negatif yang mungkin terjadi tapi kepada sisi positifnya. Seperti pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang pasti akan terlihat jika internet terkoneksi di seluruh pelosoknya. Begitu pun peningkatan pengetahuan anak-anak di pedalaman. Semua akan jadi sangat baik asalkan masyarakat dan pemerintah bekerja sama untuk menjaga budaya agar tidak terkikis. Dan lagi-lagi baik pemerintah daerah maupun pusat harus lebih tegas lagi dengan rambu-rambu dan aturannya sehingga teknologi tidak disalahgunakan dan dapat dimanfaatkan dengan bijak.
Setiap perubahan mengakibatkan disrupsi.