Setiap kali saya ditanya apakah tidak bosan membicarakan tentang tempe, saya selalu menjawab dengan berbagai cerita yang menyiratkan bahwa saya tidak pernah bosan membicarakannya. Kenyataannya, banyak sekali aspek dalam hidup saya yang berhubungan dengan tempe. Semua berawal ketika dulu saya dan keluarga belum lama pulang ke tanah air. Waktu itu saya dan kakak sudah terbiasa dengan makanan ala barat. Tidak banyak makanan yang cocok dengan kami di Indonesia kecuali tempe. Jadi, ibu saya selalu menghidangkan tempe setiap kali kami sedang sulit mencari santapan yang tidak cocok dengan lidah. Tempe seolah jadi makanan penyelamat yang akan selalu bisa kami makan.
Beranjak dewasa, saya pun belajar bioteknologi. Setiap kali melakukan presentasi di luar negeri, ternyata selalu rindu rasa tempe yang sudah mengendap di memori. Di kalangan para praktisi bioteknologi, kami pun merasa tempe adalah suatu yang seksi. Di dalamnya banyak terjadi berbagai macam reaksi kimia. Sayangnya, masyarakat luas tidak menilai tempe seperti kami. Tempe seringkali dianggap makanan rendahan dan tidak layak dibanggakan. Menyayangkan ini terjadi, akhirnya kami mencari cara untuk bisa menyampaikan sisi keren tempe. Salah satunya adalah dengan membangun Indonesia Tempe Movement yang mengajarkan masyarakat membuat tempe. Ternyata, proses pembuatan tempe bisa jadi kegiatan yang interaktif dan unik.
Awalnya, kami mengajarkan membuat tempe pada teman-teman narapidana. Kami mengajarkan 25 orang yang hendak keluar dari penjara. Di awal sesi, saya berhadapan dengan 25 orang yang memancarkan tatapan kosong seolah tak ada jiwa. Tapi kemudian saat proses membuat tempe, suasananya berubah. Mereka terlihat memiliki semangat. Seakan tempe memberikan harapan baru untuk mereka setelah keluar dari penjara. Dari pengalaman tersebut, saya menyadari bahwa ternyata mengajarkan membuat tempe bukan sekadar mengajarkan tapi bisa memberi harapan. Mereka mungkin jadi punya harapan untuk memulai bisnis tempe atau mencari nafkah dari tempe. Pengalaman tersebut membuat saya meneguhkan niat untuk terus membuat menyebarluaskan tentang tempe. Jadi jawaban atas pertanyaan di awal adalah saya tidak bosan untuk membicarakan tentang tempe.
Terlebih lagi, tempe secara tidak langsung sebenarnya mewakili identitas kita sebagai orang Indonesia. Pertama-tama, secara geografis, lokasi Indonesia sangatlah mendukung terjadinya fermentasi tempe. Rasa tempe di luar negeri belum tidak akan seenak tempe Indonesia. Jadi karakter tempe sangatlah melekat dengan lokasi geografis Indonesia. Di samping itu, tempe juga secara tidak langsung merepresentasikan keberagaman yang dimiliki Indonesia. Pada dasarnya, tempe bisa dibuat dari berbagai macam kacang. Setiap daerah di Indonesia memiliki jenis kacang yang berbeda dan bisa menjadi bahan bakunya. Maka, setiap daerah sebenarnya bisa mengatasi masalah kekurangan pangan dengan membuat tempe dari kacang yang tumbuh di sekitarnya.
Tempe secara tidak langsung sebenarnya mewakili identitas kita sebagai orang Indonesia.
Menariknya lagi, saat membuat tempe kita sebenarnya sedang berkontemplasi dan menikmati waktu yang ada. Ada beberapa teman bercerita bahwa membuat tempe harus dalam kondisi yang tenang dan bahagia. Kalau tidak, rasa tempe tidak akan enak. Membuat tempe tidak bisa buru-buru apalagi dengan pikiran yang penat. Suasana hati harus damai dan tenang agak setiap prosesnya bisa dinikmati agar menghasilkan tempe yang bagus dan enak. Jadi, membuat tempe secara tidak langsung melatih kita untuk sabar dan mengelola energi positif.
Membuat tempe secara tidak langsung melatih kita untuk sabar dan mengelola energi positif.
Saya pun berharap, dari sekian banyak manfaat yang dihadirkan lewat tempe, semakin banyak orang memandang tempe adalah makanan yang keren. Semoga semakin banyak orang yang mau berinovasi membuat ragam produk turunan tempe sehingga industri tempe bisa lebih berkembang. Jika berkembang, nantinya pasti akan baik juga untuk para petani kacang, artisan ragi, hingga produsen mesin pengolah tempe. Kalau sudah begitu, bukannya tidak mungkin tempe bisa melaju secara internasional di mana banyak pabrik tempe yang dibuka di luar negeri. Ini juga bisa berarti bahwa kita sudah sukses membawa nama Indonesia ke ranah internasional dan memperkenalkan budaya kita secara luas.