Ketika anak-anak remaja seumur saja dulu seringnya jalan-jalan ke mal, saya lebih sering pergi ke Kepulauan Seribu karena bapak saya yang tinggal dan bekerja di sana. Dulu saya sering ikut bapak bepergian saat dinas sampai akhirnya dikenalkan pada dunia bawah laut. Ternyata di dalam laut cantik sekali sampai-sampai saya tidak mau keluar dari laut. Dari sanalah tumbuh kecintaan saya terhadap laut hingga akhirnya saat kuliah di Bandung saya mendirikan komunitas para penyelam.
Lambat laun, tidak hanya menjadi penikmat alam saja, saya meneliti laut lebih dalam. Saya menemukan ternyata apa yang terjadi pada laut kita berkaitan erat dengan aktivitas perkotaan. Walaupun saat itu saya tinggal di perkotaan yang jauh dari laut, tapi karena cinta laut, akhirnya saya menyadari perlunya perubahan gaya hidup yang lebih ramah lingkungan. Yang tadinya saya hanya menggunakan styrofoam saat jajan, semakin ke sini semakin dikurangi.
Menurut riset, sampah yang ada di lautan 80% berasal dari aktivitas manusia di daratan. Baik itu sampah yang terbuang tidak sengaja ke sungai lalu sampai ke laut atau sampah yang memang sengaja dibuang ke laut secara ilegal. Seiring berjalannya waktu, dengan bertambahnya aktivitas perkotaan yang mencemari laut, laut Indonesia berada dalam kondisi yang tidak lagi sehat. Bahkan banyak yang menyoroti laut kita dengan fakta bahwa Indonesia adalah penyumbang sampah ke laut terbanyak kedua. Pencemaran laut ini tentu saja berdampak ke berbagai macam hal, utamanya ekosistem laut. Terumbu karang bisa mati jika tertutup plastik lebih dari 4 hari.
Ketika terumbu karang mati, ikan tidak punya rumah dan akhirnya juga akan mati atau bermigrasi ke tempat yang lebih jauh. Akhirnya situasi ini akan berimbas ke para nelayan saat mencari ikan. Nelayan harus semakin jauh mencari ikan, membutuhkan waktu lebih lama, dan mengurangi kesempatan untuk mendapatkan ikan yang sehat. Di samping itu, sampah plastik juga memengaruhi kondisi laut tidak sehat yang membuatnya tercemar dengan mikroplastik yang bersifat karsinogenik. Tentu saja jika kita meminum kualitas air yang mengandung partikel ini, kesehatan kita akan terganggu.
Tidak berhenti di sana, limbah cair yang dibuang ke laut seperti pembuangan domestik dari rumah-rumah, akan memberikan polutan yang masuk ke laut menghalangi cahaya matahari menembus laut. Hal ini juga ternyata bisa memengaruhi daya hidup ikan-ikan. Belum lagi dengan adanya penangkapan ikan yang tidak legal dengan cara dibom atau diracun. Ini bisa sangat memengaruhi ekosistem laut juga yang akan berdampak bagi kesehatan kita. Nantinya, perubahan ekosistem laut juga akan berdampak pada perubahan iklim sehingga membuat muka air laut semakin meningkat. Fatalnya, akibat air tanah yang terus digerus dan membuat permukaan tanah menurun, air laut yang meningkat dapat menyebabkan banjir yang kian parah. Jadi sebenarnya, kondisi laut kita sekarang sangatlah kritis. Jika tidak kita jaga, maka hidup kita akan sulit dari segi ekonomi maupun kesehatan.
Begitu sangat disayangkan jika kondisi laut terus tidak sehat karena Indonesia memiliki aneka ragam biota laut yang bermanfaat bagi hidup kita. Tidak hanya itu saja, daerah-daerah kelautan Indonesia sendiri dapat memberikan devisa yang tinggi dari daerah wisatanya. Bayangkan jika laut kita tak lagi indah. Kita akan kehilangan itu semua. Seharusnya kita sebagai negara kepulauan bisa mulai menyadari betapa penting menjaganya dan bagaimana dampaknya sangat besar bagi kehidupan kita. Oleh sebab itu, kita bisa mulai dengan cara yang sederhana yaitu dengan menelisik kembali aktivitas sehari-hari yang berpengaruh menambah kerusakan alam. Mulai dari pilihan transportasi hingga konsumsi, dan pengolahan sampah.
Perubahan gaya hidup pun tidak bisa terjadi langsung secara instan. Pertama-tama, kita butuh untuk mencari berbagai informasi tentang laut kita agar tahu apa risikonya bagi kesehatan dan masa depan kita jika tidak menjaga laut. Permasalahan lingkungan selalu berkembang. Semakin kita banyak tahu, semakin kita termotivasi untuk berbuat sesuatu. Membaca artikel-artikel yang berhubungan saja sudah menjadi satu langkah perubahan. Kemudian, bisa diikuti dengan membagikan informasi tersebut ke keluarga sendiri dan teman-teman. Setelah itu mulailah pelan-pelan memilih tindakan yang paling tepat untuk kita sendiri. Misalnya menolak penggunaan plastik sekali pakai karena plastik sekali pakai sulit didaur ulang dan akan mencemari lautan.
Banyak sekali cara untuk mewujudkan penolakan terhadap plastik sekali pakai. Bawa tempat makan dan botol minum sendiri, mengurangi belanja online, hingga menggunakan tas belanja ramah lingkungan bisa jadi langkah alternatif tidak menggunakan plastik sekali pakai. Kalau misalnya sudah melaksanakan dari kehidupan sehari-hari di rumah, mungkin bisa ditingkatkan ke aktivitas yang lebih besar misalnya adopsi karang mangrove pohon sehingga bisa mengurangi polusi udara. Yang terpenting, untuk memulai sebuah perubahan gaya hidup adalah jangan sampai merasa semuanya harus dilakukan secara sempurna. Kita tidak harus melakukan semuanya secara 100% karena mengubah perilaku dan gaya hidup itu sulit. Kita bisa mulai pelan-pelan. Kita jauh lebih butuh ratusan bahkan jutaan orang yang melakukan perubahan kecil, yang tidak sempurna namun saling melengkapi, ketimbang tidak melakukan apa-apa sama sekali.