Plastik datang ke kehidupan kita pelan-pelan. Awalnya kita tidak pernah tahu apa itu plastik. Lalu setelah tahun 1950an barulah kita diperkenalkan dengan salah satu produk teknologi muktahir ini. Sebuah produk yang punya banyak fungsi, murah dan mudah didapatkan. Bahannya pun kuat dan tahan lama. Perlahan tapi pasti plastik pun jadi primadona. Pola konsumsi masyarakat yang tinggi meningkatkan permintaan akan plastik. Yang tadinya para produsen pangan seperti petani mengemas beras dengan karung goni lama kelamaan mengubahnya menjadi karung plastik karena dapat menyimpan beras lebih lama. Kemudian inovasi terhadap plastik terus bermunculan seperti contohnya plastik kedap udara yang dapat mempertahankan kualitas beras lebih lama lagi. Plastik akhirnya seakan menjadi solusi untuk berbagai masalah yang ada.
Namun kini keberadaannya justru berbalik membahayakan kehidupan kita. Kehadirannya di tengah-tengah masyarakat mendorong perkembangan industri secara pesat. Lihat saja segala makanan dan produk-produk rumah tangga yang dibalut kemasan berbahan plastik. Setiap hari produksinya bisa berjumlah ribuan. Jika sudah masuk ke dalam rumah masing-masing besar sekali potensinya untuk menjadi sampah. Selain itu, industri yang berkembang pesat ternyata juga melemahkan perekonomian lokal. Padahal kalau kita berbicara tentang keberlangsungan, perekonomian lokal harus stabil agar siklus dari para produsen ke konsumen berputar dengan baik sehingga kesejahteraan seluruh lapisan rakyat pun terpenuhi.
Belum lagi dengan permasalahan yang ada di laut. Banyaknya mikro plastik yang tenggelam ke dalam lautan ternyata mengganggu rantai makanan biota laut. Ikan-ikan besar semakin sulit melakukan reproduksi karena terlalu banyak memakan mikro plastik yang menyerupai plankton. Bahkan jumlah mikro plastik. mikro beads, dan mikro fiber kini lebih banyak dari plankton. Akibatnya ikan-ikan besar -yang berperan penting dalam keseimbangan ekosistem bawah laut, semakin berkurang dan berpotensi mengalami kepunahan nantinya kalau ini terus terjadi. Kesehatan kita pun manusia akan terdampak. Secara tidak langsung kita sebenarnya mengonsumsi mikro plastik dari ikan yang dikonsumsi sehari-hari.
Jadi harus bagaimana? Apakah harus menyingkirkan plastik dari hidup kita seluruhnya? Sebelum dapat berkomitmen jangka panjang untuk tidak menggunakan plastik, rasanya lebih penting untuk menanamkan pengetahuan dan kesadaran tentang plastik terlebih dahulu. Pada dasarnya keberadaan plastik bisa sangat bermanfaat bagi kehidupan kita. Asal kita mau memilah dengan bijak bagaimana menggunakannya sesuai kebutuhan. Misalnya peralatan medis berbahan plastik. Tentu saja penggunaan plastik jadi amat relevan.Tidak semua praktik yang melibatkan plastik sepenuhnya berdampak negatif. Hanya kita harus menyadari bahwa kecepatan teknologi untuk menemukan alternatif pengganti plastik tidak secepat konsumsi plastik itu sendiri. Makanya kita harus mulai melakukan detoksfikasi plastik.
Pada dasarnya keberadaan plastik bisa sangat bermanfaat bagi kehidupan kita. Asal kita mau memilah dengan bijak bagaimana menggunakannya sesuai kebutuhan.
Mulailah dengan meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang plastik. Sudah sadar belum kalau di pakaian yang kita kenakan bisa jadi mengandung mikro fiber? Setelah memperdalam pengetahuan, barulah pelan-pelan secara bertahap kita membulatkan tekad untuk mengurangi konsumsi plastik. Jangan khawatir kalau belum tahu harus memulai dari mana. Malah sebenarnya ada bagusnya kalau tidak tahu harus mulai dari mana ketimbang sekadar mengikuti apa yang sudah banyak orang lakukan. Justru ini bisa jadi beban untuk diri sendiri kalau ternyata cara yang dilakukan orang lain tidak pas dengan gaya hidup kita semisal dengan ikut-ikutan menggunakan menstrual cup. Tidak semua orang siap dengan alternatif ini sehingga langkah substitusi tersebut harus dipertimbangkan masak-masak.
Langkah mudah yang bisa kita lakukan selanjutnya adalah dengan melakukan pengamatan dan pencatatan. Telaah kegiatan apa saja yang banyak melibatkan plastik. Misal, pagi hari kita menggunakan sikat gigi lalu memakai produk pembersih wajah berkemasan plastik. Catatlah mana produk-produk dari plastik yang berpotensi jadi timbunan sampah. Ini akan memudahkan kita untuk menelusuri barang apa yang bisa dieliminasi. Tapi kalau memang satu produk berkemasan plastik dirasa belum ada alternatifnya, tidak masalah. Cari barang-barang atau aktivitas yang paling mudah untuk dikurangi. Kita tidak mesti mengubah gaya hidup secara keseluruhan karena tidak bisa dipungkiri kehadiran plastik tidak bisa sepenuhnya ditiadakan. Detoks plastik pun hanya bisa rampung kalau kita memulainya perlahan.
Langkah mudah yang bisa kita lakukan selanjutnya adalah dengan melakukan pencatatan. Telaah kegiatan apa saja yang banyak melibatkan plastik.
Lupa membawa wadah dari rumah, sekali dua kali adalah wajar. Anggap saja bagian dari latihan. Dalam sebulan lupa 20 hari pun tidak apa. Asal diingat-ingat bulan berikutnya siapa tahu hanya lupa 15 hari. Kemudian bulan berikutnya hanya lupa 10 hari. Semuanya tentang kebiasaan. Jangan sampai kita menghukum diri sendiri sampai berpikir sudah gagal. Kita juga perlu mencari berbagai siasat yang membuat kita terus maju menjalani detoks plastik. Sekarang sudah banyak sekali tempat makan yang bisa dilipat. Bisa dimasukkan ke dalam tas dan selalu dibawa ke mana-mana. Praktis dan mengurangi risiko ketinggalan. Biasanya saya juga selalu membawa sabun kecil di tas supaya setelah makan bisa langsung dicuci dan dimasukkan ke dalam tas lagi.
Kalau memang lupa bawa tempat saya biasanya akan bertanya pada pedagang apakah dia punya alternatif pembungkus. Saya akan pilih wadah yang lebih ramah lingkungan. Antara wadah styrofoam dan kertas minyak saya pasti lebih memilih kertas minyak. Meski kertas minyak juga bisa berdampak buruk tapi lebih ramah lingkungan ketimbang styrofoam. Oleh sebab itu sebenarnya kita harus perbanyak pengetahuan kita tentang materi-materi alternatif yang bisa jadi lebih ramah lingkungan. Banyak sekali alternatifnya. Mulai dari besek bambu, toples kaca, hingga wadah tanah liat. Mengurangi penggunaan plastik memang membutuhkan semua pihak untuk berkontribusi. Baik produsen, distributor hingga kita sebagai konsumen. Produksi yang tidak berlebihan serta pengelolaan sampah yang baik agar ia tidak terbuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dapat jadi langkah cermat menghindari dampak negatif yang ditimbulkan oleh plastik.
Mengurangi penggunaan plastik memang membutuhkan semua pihak untuk berkontribusi. Baik produsen, distributor hingga kita sebagai konsumen. Produksi yang tidak berlebihan serta pengelolaan sampah yang baik agar ia tidak terbuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dapat jadi langkah cermat menghindari dampak negatif yang ditimbulkan oleh plastik.