Sepanjang hidup manusia, yang akan selalu kita lakukan adalah belajar. Ilmu-ilmu yang ada di dunia akan terus berkembang dan tidak akan berhenti di satu titik. Jadi sebenarnya kita wajib memiliki kemampuan atau pengetahuan tambahan karena dunia yang cepat berubah dan berkembang itu. Bayangkan, lima atau sepuluh tahun lalu mungkin belum ada pemaparan ilmu untuk mendesain ui/ux (user interface/user experience), pengembangan situs juga sangat berkembang. Lihatlah sekarang bagaimana topik-topik tersebut banyak diperbincangkan. Begitu juga dengan filsafat. Filsafat dulu tidak bisa diterapkan dalam teknologi. Tapi sekarang sudah mulai ada. Jadi sepanjang belajar di sekolah formal, kita sebenarnya harus belajar hal lain di luar kurikulum yang ada agar tidak ketinggalan.
Kita wajib memiliki kemampuan atau pengetahuan tambahan karena dunia yang cepat berubah dan berkembang itu.
Saya melihat perlu ada keseimbangan untuk memelajari ilmu pengetahuan sosial, topik-topik yang berhubungan dengan industri kreatif, dan teknologi atau sains. Biasanya di sekolah, kita sudah dikelompokkan pada satu jurusan saja. Jika menempati jurusan IPA maka kita tidak lagi belajar sosiologi. Padahal subjek ini penting untuk kita memahami struktur sosial. Begitu juga mereka yang berada di jurusan IPS, tidak lagi belajar sesuatu yang berhubungan dengan sains atau teknologi. Namun memang dulu kebutuhan untuk belajar banyak hal pasti ada tantangan. Salah satunya adalah keterbatasan finansial yang mengurangi akses untuk belajar ilmu seperti website development yang terhitung cukup mahal.
Beruntungnya, kini kita punya akses yang lebih luas karena adanya dunia digital. Dari Youtube, kita bisa belajar banyak hal tanpa harus mengeluarkan uang banyak. Walaupun beberapa orang belum memiliki privilese yang sama. Ada mereka yang tidak punya akses internet cukup atau perangkat untuk belajar secara daring. Tapi paling tidak sekarang kita punya beragam pilihan untuk menambah ilmu. Tidak terbatas pada kehadiran di sekolah. Di dunia ini banyak sekali topik-topik yang tidak pernah kita ketahui ternyata sangat menarik dan berguna untuk kehidupan. Salah satunya adalah critical thinking atau pola berpikir kritis. Di sekolah formal, kita jarang mendapat pembelajaran tentang logika dan cara berpikir. Padahal pembelajaran ini akan sangat berguna untuk kehidupan sehari-hari. Tidak hanya sekadar berguna untuk memilah informasi di media sosial melainkan juga ketika berdiskusi dengan orang lain.
Di dunia ini banyak sekali topik-topik yang tidak pernah kita ketahui ternyata sangat menarik dan berguna untuk kehidupan. Salah satunya adalah critical thinking atau pola berpikir kritis.
Selama ini kita mungkin tidak memelajari topik di luar minat karena adanya faktor pengajar yang kurang dapat menyampaikan materi dengan menarik. Padahal kalau sang pengajar bisa mengemasnya dengan sederhana, kita dapat menangkapnya lebih mudah dan akhirnya akan jadi menarik. Seperti topik filsafat yang menurut saya ilmunya sangat luas dan menjadi fundamental ilmu-ilmu lain. Misalnya ketika kita membicarakan machine learning yang ternyata mendasari ilmu teknologi. Saya mengamati bahwa banyak sekali pengajar di sekolah-sekolah tidak memiliki panggilan sebagai seorang guru. Mereka hanya bekerja saja sehingga tidak serius dalam mengajar yang dapat benar-benar membuat para pelajar mengerti apa yang dikerjakan. Misalnya ketika SD, seringkali kita diberikan rumus luas lingkaran tapi tidak dijelaskan mengapa bisa mendapatkan rumus tersebut.
Menurut saya, guru adalah mentor. Artinya, ia adalah seseorang yang sudah belajar lebih dulu dari pada kita dan membagikan topik-topik yang diajarkan. Tapi yang perlu dimengerti adalah setiap orang punya pemahaman yang berbeda beda. Dengan cara tertentu mereka bisa paham yang mungkin dengan cara lain mereka tidak bisa paham. Cara satu guru mengajar bisa tidak sesuai dengan kita. Jadi sebenarnya guru bukanlah satu-satunya patokan untuk belajar. Kita bisa belajar dengan berdiskusi dengan orang lain untuk melihat berbagai pandangan yang berbeda sehingga dapat memperluas pandangan kita juga. Momen berdiskusi dalam belajar adalah momen paling menyenangkan untuk saya. Ketika bisa berdiskusi dengan teman sekelas, sekalipun topik yang berat, saya jadi bisa membuka pikiran lebih luas lagi.
Momen berdiskusi dalam belajar adalah momen paling menyenangkan untuk saya. Ketika bisa berdiskusi dengan teman sekelas, sekalipun topik yang berat, saya jadi bisa membuka pikiran lebih luas lagi.
Melihat banyaknya topik pendidikan yang sulit diakses banyak orang, entah karena alasan finansial atau alasan lainnya, saya dan beberapa teman membuat Ekskul yang memberikan fasilitas pada masyarakat untuk belajar. Kami ingin menjangkau orang-orang yang mau belajar tapi tidak memiliki kemampuan finansial atau mereka yang ingin belajar di luar pelajaran sekolah. Terbuka untuk umum dengan kisaran umur yang beragam, mulai dari 14 tahun hingga 30 tahun, Ekskul adalah ruang belajar yang menerapkan sistem diskusi. Jadi, pemaparan topik dijelaskan secara sederhana kemudian para peserta diberikan tugas yang bukan dinilai dengan angka. Tugas tersebut nantinya harus didiskusikan dalam kelompok. Khususnya topik-topik yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan sosial, pembelajaran akan sangat banyak lewat diskusi kelompok. Dengan demikian, kami berharap masyarakat juga bisa membuka wawasannya lebih luas tidak terbatas dengan ilmu yang sudah dipelajari di sekolah saja.