Dalam sepekan terakhir kita sudah melihat seberapa kuat dampak dari wabah COVID-19 terhadap kehidupan sosial dan ekonomi kita bersama. Sudah pasti kita tidak bisa diam saja dan tidak melakukan apa-apa. Di fase yang menantang seperti ini menurut saya kita harus bisa menjaga semangat untuk terus berjuang dalam kesulitan ini. Bertahan, bersabar, berbagi, dan tetap bergerak. Kenapa ini penting buat semua warga Jakarta dan Indonesia?
Pertama-tama, bertahan. Menahan diri dengan #SocialDistancing atau #DiRumahSaja tentunya tidak bisa dilakukan oleh semua orang. Banyak teman kita yang tetap harus bekerja untuk esok. Bertahan, dalam hal ini, adalah bersama-sama membangun ketahanan secara nasional. Kita harus #SiapBersama menghadapi tantangan ini.
Lalu, bersabar. Kita menyadari bahwa pada saat ini, seluruh dunia – di semua lapisan dan jajaran, sedang mengalami hal dan keadaan yang serupa. Walaupun berat dan harapan terasa semakin tipis, ketahuilah bahwa banyak juga yang sedang bekerja untuk menanggulangi hal ini bersama dan kita harus percaya bahwa pada akhirnya akan ada jawaban. Tapi kita harus bersabar, karena semuanya butuh proses.
Kita harus percaya bahwa pada akhirnya akan ada jawaban. Tapi kita harus bersabar, karena semuanya butuh proses.
Berbagi adalah hal yang tidak kalah penting. Mungkin ini aspek yang terpenting dari semuanya. Ini adalah saat di mana kita harus berbagi dengan sesama. Lakukanlah hal yang bisa dilakukan dari hati yang paling dalam. Masih banyak yang tidak seberuntung kita; mereka tidak jauh, mereka berada di sekeliling kita. Mulailah dari lingkungan sendiri, mulai berbagi, hari ini! Bantuan moral dan material sangat dibutuhkan oleh sesama yang lebih lemah daripada kita. Jangan tunda lagi, lakukan sekarang!
Terakhir adalah tetap bergerak. Percayalah bahwa semua ini akan berlalu dan kehidupan akan terus berlangsung. Tapi jalan akan terasa panjang. Saat ini kita tidak akan tahu kapan badai akan berlalu. Tapi penting untuk kita tetap bergerak ke arah kehidupan di masa depan yang pasti tidak akan sama lagi. Moral dan pedoman hidup akan berubah secara serentak dan menyeluruh. Kita tidak bisa lagi tidak peduli dengan sesama, dengan masalah lingkungan, dengan perbedaan yang sebetulnya tidak penting, dengan gaya hidup yang fana, dan moral yang dibangun di atas kapitalisme. Pada akhirnya kita semua akan terbangun dan tersadar bahwa banyak hal akan menjadi tidak penting dibandingkan dengan kelangsungan kemanusiaan yang adil dan beradab.
Percayalah bahwa semua ini akan berlalu, kehidupan akan terus berlangsung.
Kita harus menyadari betapa pentingnya untuk bisa meningkatkan spirit dan kekompakan tim bisnis. Mengutamakan kesejahteraan karyawan terlebih dahulu agar tidak terjadi kesenjangan sosial yang bisa memicu adanya pergolakan di masyarakat. Nantinya kalau itu sampai terjadi, yang rugi kita semua. Sehingga para pebisnis harus menjadi kreatif dan mencari cara untuk menghindari pemutusan hubungan kerja secara besar-besaran. Mungkin bisa tenang dulu dan melihat berbagai kesempatan yang mungkin datang di situasi menantang ini. Saya percaya kesempatan baru akan datang tergantung bagaimana kita bisa menyikapinya. Setelah melewati fase ini menurut saya akan banyak layer baru dalam lanskap bisnis. Perubahan gaya hidup, prioritas, dan mindset. Kita akan melihat era baru konsumerisme. Sekarang ini seakan semua bisnis sedang dalam masa “reset button”. Menjadi masa untuk para pebisnis meninjau kembali bisnis yang dijalani selama ini. Mempertimbangkan kembali cara yang paling efisien dan tinggalkan aspek-aspek yang membuat tidak efisien. Kalau perlu bahkan membuat business process baru bisa dilakukan di fase ini.
Mempertimbangkan kembali cara yang paling efisien dan tinggalkan aspek-aspek yang membuat tidak efisien. Kalau perlu bahkan membuat business process baru bisa dilakukan di fase ini.
Setelahnya bisa dilakukan identifikasi kebutuhan pelanggan lama apakah target pasar masih relevan atau tidak. Laluidentifikasi calon pelanggan baru yang masih bisa dicapai bisnis. Kalau tidak melakukan identifikasi rasanya akan sulit untuk survive. Langkah selanjutnya adalah fokus pada tujuan utama. Tidak bisa lagi tidak fokus dan terlalu banyak mengimpikan yang ada di depan. Sambil kemudian mengaplikasikan ripple effect economy model terhadap proses bisnis yang baru. Mulai berjualan dari customer base yang paling dekat secara tepat, bertahap dan berkelanjutan. Bisa dimulai dari keluarga, RT/RW kemudian berkembang ke lingkup berikutnya: kecamatan, kota dan regional. Misalnya bisnis Bakmi Tiga Marga yang saya kelola. Dari awal saya tidak berambisi untuk jadi yang terbaik di ranah nasional. Tapi jadi juara di lingkup yang paling kecil. Sehingga pencapaian bisnis lebih rasional dan bisnis dapat lebih terkendali.
Yang sedang dihadapi para pebisnis sekarang menjadi pelajaran penting di kemudian hari memikirkan apa yang paling fundamental untuk bisnisnya. Di mode bertahan seperti sekarang para pebisnis tidak lagi bisa mementingkan margin melainkan cash flow, perputaran uang untuk terus mempertahankan karyawan dan membayar opex (biaya operasional). Paling tidak untuk jangka 3-6 bulan ke depan. Setelah itu barulah bisa ditinjau kembali sesuai kondisi yang akan datang dan berupaya lebih keras keluar dari persoalan bersama ini.
Di mode bertahan seperti sekarang para pebisnis tidak lagi bisa mementingkan margin melainkan cash flow, perputaran uang untuk terus mempertahankan karyawan dan membayar opex (biaya operasional).