Society Lifehacks

Belajar Dari Kesalahan

Semua orang pasti pernah melakukan kesalahan. Setiap kesalahan dalam hidup dapat memberikan kita pembelajaran dan pengalaman. Bahkan kesalahan dapat membantu kita menjadi pribadi yang lebih baik. Untuk menumbuhkan kesadaran lebih atas sebuah kesalahan, Greatmind berbicara dengan Amanda Caesa dan Calvin Jeremy.

 

Greatmind (GM): Menurut kalian kesalahan ada di hidup kita artinya apa?

Calvin Jeremy (CJ): Kesalahan itu bisa berasal dari ketidaktahuan. Bisa saja sebenarnya kesalahan yang dilakukan karena seseorang tidak tahu atau belum pernah punya pengalaman tentang melakukan hal tertentu. Ketimbang disesalkan dan membuat kita terlalu lama berada di masa lalu, lebih baik kesalahan itu dijadikan pembelajaran dan pengalaman. 

 

GM: Seberapa jauh kalian memberikan toleransi pada seseorang yang melakukan kesalahan terhadap kalian?

Amanda Caesa (AC): Menurutku setiap kesalahan yang dibuat seseorang tidak memiliki beban yang sama. Ada kesalahan kecil, sedang, dan besar. Ada kesalahan yang hanya merugikan diri sendiri, ada yang merugikan orang lain, atau bahkan banyak orang. Kalau kesalahan terjadi di luar kuasanya, mungkin aku pribadi dapat memberikan toleransi lebih. Tapi kalau ia secara sadar melakukannya dan berpotensi merugikan orang lain, mungkin akan ada konsekuensi lebih yang harus diterima orang tersebut. Ia harus diingatkan agar tidak lagi melakukan kesalahan yang sama. Jika nanti sudah memberikan maaf, sebaiknya maaf harus diikuti dengan melupakan. Forgive and forget. Lalu, kita hanya bisa berharap dia belajar dari kesalahan. 

CJ: Dalam filosofi kehidupanku, aku meyakini bahwa manusia harus bisa mengampuni tujuh puluh kali tujuh kali. Kita harus menyadari bahwa setiap orang pasti ada kalanya tidak tahu jika ia berbuat salah. Meski terdengar klise tapi memang tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Tapi dengan memahami ini, kita bisa menumbuhkan empati pada orang tersebut bahwa mungkin saja kesalahan yang diperbuat tidak sepenuhnya karena kesalahannya. Bisa saja keadaan yang sedang dilewatinya memengaruhi emosi atau perilaku. 

 

GM: Mengapa menurut kalian kita harus memberikan kesempatan kedua kepada orang yang berbuat salah?

CJ: Everyone deserves a second chance. Kita tidak pernah tahu di masa depan apakah kita akan bertemu lagi dengan orang tersebut. Kita juga tidak pernah tahu bahwa mungkin saja di masa depan ternyata perannya dalam hidup kita justru mungkin membawa perubahan signifikan. Terlebih lagi, menjadi seseorang yang enggan memberikan kesempatan kedua hanya akan membuat kita menjadi seseorang yang tidak lebih baik. Bahkan rasa kebencian itu bisa menggerogoti diri sendiri.

AC: Saat aku yang melakukan kesalahan, aku pasti juga meminta kesempatan kedua untuk memperbaikinya. Jadi, kalau kita pantas mendapatkan kesempatan kedua, kenapa tidak kita juga berikan kesempatan untuk orang lain memperbaiki kesalahannya? 

 

GM: Pernah tidak melakukan kesalahan dan ingin memutar balikan waktu untuk mencegah kesalahan itu terjadi?

AC: Pernah ada saat-saat aku ingin kembali ke masa lalu untuk menghindari melakukan kesalahan tersebut. Tapi menurutku daripada kita berharap supaya waktu bisa terulang, lebih baik kita fokus agar tidak melakukan kesalahan yang sama. Kesalahan yang kita perbuat di masa lalu itu, membentuk jati diri kita yang sekarang. Jadi, lagi-lagi kesalahan adalah sebuah pembelajaran. 

CJ: Jujur dulu aku pernah memikirkan “Kalau gue nggak begitu mungkin sekarang dalam hal karier, hubungan, pertemanan, nggak akan kaya sekarang.” Tapi pada akhirnya, benar kata Caca, kesalahan yang kita buat di masa lalu membentuk diri kita yang sekarang. Masa lalu itu hanya untuk dikunjungi kembali, memberikan sensasi nostalgia. Sebatas itu saja, tidak untuk disesali. Seperti ketika kita menyaksikan film-film bertemakan waktu, banyak cerita yang berakhir dengan memberikan pelajaran untuk tidak mengubah masa lalu. Saat karakter dalam film mencoba mengubah masa lalu, hidupnya justru jadi berantakan.

 

GM: Bagaimana cara kalian memperbaiki kesalahan, terutama kesalahan yang merugikan orang lain?

CJ: Tentu saja pertama kali yang harus dilakukan adalah meminta maaf. Beberapa waktu lalu, aku sempat melakukan sebuah kesalahan lalu merefleksikannya dengan filosofi tentang kayu yang aku dapatkan selama proses memperbaiki kesalahan. Sebilah kayu, jika terdapat kesalahan dalam pembuatannya, ia akan tidak rata. Untuk membuatnya rata, permukaan kayu harus diamplas agar bisa bagus lagi. Artinya, jadi harus diamplas dan terkikis. Lama-lama bisa habis. Sama saja dengan kesalahan. Saat kita ingin memperbaikinya, usahakan agar tidak melakukannya lagi karena lama-lama kepercayaan dari orang tersebut bisa terkikis dan habis. 

AC: Aku cukup setuju. Hal tersulit setelah melakukan kesalahan adalah mendapatkan kepercayaan dari orang yang kita sakiti atau rugikan. Jadi sebisa mungkin, yang harus diingat adalah bagaimana cara mengembalikan lagi kepercayaan mereka dari nol lagi. Harus ada niat dari diri sendiri agar tidak mengulangi kesalahan yang sama dan bisa mendapatkan kepercayaan mereka lagi. 

Hal tersulit setelah melakukan kesalahan adalah mendapatkan kepercayaan dari orang yang kita sakiti atau rugikan. Jadi sebisa mungkin, yang harus diingat adalah bagaimana cara mengembalikan lagi kepercayaan mereka dari nol lagi.

 

GM: Lalu, bagaimana hubungannya single lagu “Why Can’t We” dengan kesalahan dan kesempatan kedua?

CJ: Lagu “Why Can’t We?” maknanya bisa sangat luas. Secara tidak langsung lagu ini dapat menjadi pengingat ketika kita melakukan kesalahan dan tidak bisa putar balik waktu, lalu mempertanyakan “Why Can’t We?” atau “Why Can’t I?”. Ini juga sebuah pertanyaan yang relevan saat pandemi. Menjadi pengingat, misalnya ketika melihat banyak orang tetap berusaha produktif, kita bisa mempertanyakan pada diri sendiri “Why Can’t I?” atau “Kenapa saya juga tidak begitu?”. Ketimbang menyalahkan keadaan, lebih baik berupaya untuk melakukan sesuatu yang bermakna.

Related Articles

Card image
Society
Kembali Merangkul Hidup dengan Filsafat Mandala Cakravartin

Mengusahakan kehidupan yang komplit, penuh, utuh, barangkali adalah tujuan semua manusia. Siapa yang tidak mau hidupnya berkelimpahan, sehat, tenang dan bahagia? Namun ternyata dalam hidup ada juga luka, tragedi dan malapetaka. Semakin ditolak, semakin diri ini tercerai berai.

By Hendrick Tanuwidjaja
10 June 2023
Card image
Society
Melatih Keraguan yang Sehat dalam Menerima Informasi

Satu hal yang rasanya menjadi cukup penting dalam menyambut tahun politik di 2024 mendatang adalah akses informasi terkait isu-isu politik yang relevan dan kredibel. Generasi muda, khususnya para pemilih pemula sepertinya cukup kebingungan untuk mencari informasi yang dapat dipercaya dan tepat sasaran.

By Abigail Limuria
15 April 2023
Card image
Society
Optimisme dan Keresahan Generasi Muda Indonesia

Bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda pada 2022 lalu, British Council Indonesia meluncurkan hasil riset NEXT Generation. Studi yang dilakukan di 19 negara termasuk Indonesia ini bertujuan untuk melihat aspirasi serta kegelisahan yang dimiliki anak muda di negara masing-masing.

By Ari Sutanti
25 March 2023