Society Planet & People

Air Investasi Hari Esok

Karyanto Wibowo

@karyanto_wibowo

Direktur Pengembangan Berkelanjutan

Seperti yang kita tahu kian hari penduduk di Indonesia bertambah banyak terutama di Pulau Jawa. Peningkatan populasi ini berarti berbagai kebutuhan akan sumber daya pun meningkat seperti kebutuhan akan air. Sayangnya, berbagai masalah tentang air muncul selaras dengan penambahan jumlah jiwa di negeri kita ini. Mulai dari distribusi air yang tidak merata sampai krisis air bersih. Berbagai pihak bahkan memprediksi Indonesia akan mengalami krisis air tidak lama lagi jika kita tidak melakukan pencegahan. Sedihnya seringkali masyarakat memperlakukan air dengan tidak bijak. Take it for granted. Masyarakat merasa air adalah barang cuma-cuma yang tersedia melimpah dan mudah didapatkan. Memang pada teorinya jumlah air di muka bumi ini selalu sama. Seperti yang diajarkan di sekolah dulu siklus air akan terus berputar. Air laut menguap dan turun menjadi hujan. Akan tetapi yang jarang kita tahu adalah kualitasnya yang bisa berubah. Air di sungai, laut, dan mata air pegunungan memang gratis. Tapi pengalirannya untuk dapat mencapai setiap rumah butuh usaha dan biaya. Belum lagi untuk memastikan airnya berkualitas untuk kepentingan sanitasi. Sudah pasti harus ada investasi pikiran, waktu, tenaga dan lagi-lagi biaya. Jadi sebenarnya kita tidak bisa bilang air itu gratis. 

Apalagi kini semakin banyak tantangan yang harus dihadapi. Selain perubahan iklim yang sudah tak lagi bisa diprediksi, alih fungsi lahan juga sudah banyak terjadi. Di area pegunungan yang seharusnya masih menjadi sumber mata air kini beralih fungsi menjadi lahan pertanian atau perkebunan. Meskipun kehadiran pertanian dan perkebunan baik untuk keberlangsungan hidup manusia tetapi sektor agrikultur dipercaya menghabiskan paling banyak air mencapai 80% di samping penggunaan untuk rumah tangga dan industri. Keadaan ini mengharuskan kita bisa beradaptasi dengan ancaman yang sudah di depan mata dan segera mencari solusi alternatif agar dapat melestarikan air bersih. Tetapi yang sering terjadi adalah masyarakat belum benar memahami betul arti penting air dan masalah yang ada. Di Madiun atau Pasuruan misalnya, karena pengaliran air yang tidak merata maka akhirnya masyarakat melakukan pengeboran. Padahal sebenarnya air bisa didistribusikan dari daerah lain yang masih memiliki sumber mata air. Kenapa pengeboran ini berbahaya? Sebab air di dalam tanah itu adalah simpanan masa depan kita. Kalau terus menerus diambil sekarang bukannya kita hanya akan mempercepat terjadinya krisis air yang sudah diperkirakan?

Oleh sebab itu kita harus segera menyadari betapa penting menghemat air di semua faktor yang ada. Masyarakat bisa berkontribusi untuk menjaga kualitas air dengan tidak membuang sampah di badan air. Contohnya di Jakarta, sumber air kita salah satunya berasal dari Kalimalang berarti kita harus memastikan tidak ada pencemaran di dalamnya. Di industri agrikultur kita bisa memberikan edukasi pada para petani untuk beralih ke pertanian organik. Mengurangi atau bahkan meniadakan penggunaan pestisida kimia yang bisa mencemari badan air. Lalu juga dengan melakukan konservasi lingkungan yaitu menambah daerah resapan air dengan menanam pohon bukan menebangnya agar bisa menyimpan lebih banyak air. Satu hal lagi yang bisa dilakukan adalah dengan mencanangkan program water credit. Program ini merupakan inisiatif yang dapat mengajak masyarakat untuk berinvestasi pada air. Menurut observasi, satu dari tiga orang di negara kita masih memerlukan akses air bersih karena permasalahan distribusi air yang belum merata. Peran pemerintah memang sangat penting untuk menanggulangi permasalahan tersebut. Akan tetapi masyarakat sebenarnya tidak bisa selalu menunggu pemerintah bertindak. Kita harus mulai menyadari bahwa pemerintah juga punya keterbatasan dimana bujet untuk program air bersih ini bisa mencapai triliunan. Sedangkan pemerintah harus mendanai sektor lain yang harus diperhatikan. Sehingga gagasan water credit terbilang dapat mengajak masyarakat untuk berkontribusi langsung mendatangkan solusi untuk mereka sendiri. 

Hakekatnya, gagasan ini adalah untuk membuka akses finansial bagi masyarakat agar mereka bisa melakukan inisiatif pembiayaan pada air bersih secara mandiri. Masyarakat membutuhkan air bersih hari ini dan tidak bisa bergantung pada program pemerintah yang mungkin hanya datang setahun sekali. Bekerja sama dengan instansi perbankan sekaligus menyebarkan kesadaran pada masyarakat betapa penting dan berharganya air bersih. Selayaknya penyebaran pentingnya memiliki kendaraan dan rumah yang bisa didapatkan dari program angsuran. Konsep ini dipertimbangkan dapat mendorong masyarakat untuk menyisihkan pendapatan demi memenuhi kebutuhan air bersih dan untuk mulai menghargai nilai air itu sendiri. Sehingga dengan adanya biaya masyarakat diharapkan dapat memanfaatkan air dengan bijak dan menjalankan beragam aktivitas yang dapat menjaga keberlangsungan air di tanah air.

Related Articles

Card image
Society
Kembali Merangkul Hidup dengan Filsafat Mandala Cakravartin

Mengusahakan kehidupan yang komplit, penuh, utuh, barangkali adalah tujuan semua manusia. Siapa yang tidak mau hidupnya berkelimpahan, sehat, tenang dan bahagia? Namun ternyata dalam hidup ada juga luka, tragedi dan malapetaka. Semakin ditolak, semakin diri ini tercerai berai.

By Hendrick Tanuwidjaja
10 June 2023
Card image
Society
Melatih Keraguan yang Sehat dalam Menerima Informasi

Satu hal yang rasanya menjadi cukup penting dalam menyambut tahun politik di 2024 mendatang adalah akses informasi terkait isu-isu politik yang relevan dan kredibel. Generasi muda, khususnya para pemilih pemula sepertinya cukup kebingungan untuk mencari informasi yang dapat dipercaya dan tepat sasaran.

By Abigail Limuria
15 April 2023
Card image
Society
Optimisme dan Keresahan Generasi Muda Indonesia

Bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda pada 2022 lalu, British Council Indonesia meluncurkan hasil riset NEXT Generation. Studi yang dilakukan di 19 negara termasuk Indonesia ini bertujuan untuk melihat aspirasi serta kegelisahan yang dimiliki anak muda di negara masing-masing.

By Ari Sutanti
25 March 2023